Wabah Kolera dan Campak Mengguncang Republik Demokratik Kongo

Minggu 24 Mar 2024 - 15:00 WIB
Reporter : Dimas
Editor : Rizal Zebua

KORANJI.COM - Republik Demokratik Kongo saat ini sedang menghadapi wabah kolera terburuk sejak 2017, dengan 50.000 kasus dugaan dan 470 kematian tercatat pada tahun 2023, Jumat, 22 Maret 2024.

Pada konferensi pers PBB di Jenewa, Perwakilan WHO untuk Republik Demokratik Kongo Boureima Hama Sambo mengatakan bahwa banyak sekali kondisi-kondisi yang mendukung penyebaran kolera.

“Risiko ini sangat tinggi di lokasi pengungsi internal yang kondisi kehidupannya sangat buruk, dengan pasokan air, layanan kebersihan dan sanitasi yang tidak memadai – kondisi yang mendukung penyebaran kolera,” kata Perwakilan WHO untuk Republik Demokratik Kongo Boureima Hama Sambo.

Sambo menekankan bahwa Kongo juga sedang berjuang melawan epidemi campak terbesar yang tercatat sejak 2019, dengan hampir 28.000 kasus dan 750 kematian pada 2024 hingga sejauh ini.

BACA JUGA:Irlandia Berhasil Tahan Imbang Belgia 0-0

BACA JUGA:Brasil Raih Kemenangan Tipis 1-0 atas Inggris

Sambo mengatakan kombinasi penyakit campak dan malnutrisi mempunyai dampak kesehatan yang serius pada anak-anak balita, dan kurangnya akses terhadap vaksin dan layanan vaksinasi memperburuk situasi ini.

Ia menambahkan pula bahwa antraks dan wabah penyakit juga telah berdampak pada masyarakat di Kongo Timur beberapa bulan terakhir.

“Selain itu, wabah cacar monyet yang masih muncul telah meningkat di seluruh negeri selama setahun terakhir,” ujarya

Ia mencatat bahwa hampir 4.000 kasus dugaan dan 271 kematian telah tercatat sejauh ini pada tahun 2024.

Angka ini menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian selama wabah global.

BACA JUGA:Jerman Tundukkan Prancis 2-0 dalam Laga Persahabatan

BACA JUGA:Kubu Ganjar-Mahfud Siap Jalani Sidang Sengketa Hasil Pilpres di MK

Dia mengatakan lebih dari dua pertiga kasus dilaporkan terjadi pada anak-anak, dan anak kecil sangat berisiko meninggal.

Perwakilan WHO tersebut juga memperingatkan bahwa ada risiko perluasan geografis ke provinsi-provinsi yang sebelumnya tidak terkena dampak, dengan hampir semua provinsi, termasuk Kinshasa, kini melaporkan kasus-kasus tersebut.

Kategori :