Simak Ini, Berikut Perbedaan Baby Blues Syndrome dan Depresi Pasca Melahirkan
ilustrasi --KlikDokter
Faktanya, depresi pascapersalinan dan baby blues memiliki banyak gejala yang sama, seperti perubahan suasana hati, tangisan, kesedihan, insomnia, dan mudah tersinggung.
Bedanya, pada depresi pascapersalinan, gejalanya lebih parah (seperti pikiran untuk bunuh diri atau ketidakmampuan merawat bayi baru lahir) dan bertahan lebih lama.
Menurut Mayo Clinic, gejala depresi pascamelahirkan meliputi:
- Perubahan suasana hati yang parah
- Terlalu banyak menangis
- Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi Anda
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
- Ketidakmampuan untuk tidur (insomnia) atau tidur terlalu banyak
- Kelelahan luar biasa atau kehilangan energi
- Kurangnya minat dan kesenangan pada aktivitas yang biasa Anda nikmati
- Rasa marah yang intens
- Ketakutan tidak bisa menjadi ibu yang baik
- Keputusasan
- Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
- Berkurangnya kemampuan berpikir jernih, berkonsentrasi atau mengambil keputusan
- Kegelisahan
- Kecemasan parah dan serangan panik
- Pikiran untuk menyakiti diri atau bayi sendiri
- Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
Skala depresi pasca melahirkan Edinburgh (EPDS) adalah alat skrining yang dirancang untuk mendeteksi depresi pasca melahirkan.
BACA JUGA:Italia Raih Kemenangan Dramatis 2-1 atas Albania di Euro 2024
BACA JUGA:Waspada! Segera Hapus 13 Aplikasi ini di Hp Andorid Kamu
Skor yang lebih besar dari 13 menunjukkan perlunya penilaian yang lebih menyeluruh karena Anda bisa saja mengalami depresi pascapersalinan.
Jika tidak diobati, depresi pascapersalinan dapat berlangsung berbulan-bulan atau lebih.
Demikianlah oleh perbedaan baby blues dan depresi pascamelahirkan yang harus diperhatikan oleh pasangan suami-istri dan keluarga terdekat. (*)