10.000 Orang Alami Disabilitas Akibat Serangan Israel di Gaza
Warga Palestina terlihat di lokasi serangan udara Israel di sebuah kamp pengungsi dekat Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 27 Mei 2024.--Antaranews.com
JAMBIKORAN.COM - Sekitar 10.000 orang menderita berbagai macam disabilitas menyusul agresi Israel yang sedang berlangsung dan semakin menjadi di Jalur Gaza.
Data tersebut di keluarkan langsung oleh Sektor Rehabilitasi Jaringan LSM Palestina.
Menurut pernyataan yang dirilis pada Sabtu, ratusan penyandang disabilitas terbunuh dan ribuan orang lainnya terluka akibat serangan yang gencar dilakukan pasukan Israel.
Krisis di Gaza memaksa puluhan ribu penyandang disabilitas mengungsi, menjerumuskan mereka ke dalam kondisi pengungsian sulit serta trauma psikologis yang parah, katanya.
BACA JUGA:Gru dan Para Minions Akan Kembali Beraksi dalam Film 'Despicable Me 4'
BACA JUGA:Max Verstappen Raih Pole Position di GP Austria 2024, Ungguli Lando Norris dan George Russell
Pernyataan tersebut menekankan bahwa aksi Israel, termasuk penghancuran infrastruktur, jalan utama, dan pusat rehabilitasi, sangat membatasi mobilitas dan akses layanan bagi penyandang disabilitas.
Hal itu secara signifikan telah melemahkan kemampuan mereka untuk bergerak, melakukan evakuasi secara aman dan melenyapkan alat bantu penting yang ditinggalkan selagi menghadapi pemboman.
Selain itu, nyawa para penyandang disabilitas juga terancam akibat krisis air, makanan, energi, obat-obatan serta layanan medis dan rehabilitasi.
Mereka menghadapi kesulitan yang luar biasa di tempat penampungan yang penuh sesak dan minim fasilitas dasar, sehingga memperburuk perjuangan mereka untuk mengakses bantuan kemanusiaan, fasilitas sanitasi dan juga kebutuhan penting lainnya.
BACA JUGA:Ditengah Badai Jerman Atasi Denmark 2-0, Lolos ke Perempat Final Euro 2024
BACA JUGA:Swiss Tundukkan Italia 2-0, Melaju ke Perempat Final Euro 2024 dengan Gemilang
LSM tersebut menggarisbawahi bahwa kegagalan untuk mengakomodasi pengungsian yang ramah penyandang disabilitas, disertai kepadatan yang berlebihan, menimbulkan tantangan baru dalam mengakses layanan yang sudah langka.
Penyandang disabilitas di sana sangat rentan mengalami kekurangan gizi dan penyakit kronis, yang secara signifikan menambah risiko kematian, kata LSM tersebut.(*)