Gawat! Studi Terbaru Ungkap Konsumsi Obat Psikiatris Meningkat di Kalangan Mahasiswa Doktoral

Ilustrasi Gangguan Mental--

JAMBIKORAN.COM - Baru-baru ini, sebuah penelitian menunjukkan adanya peningkatan penggunaan obat psikiatris di kalangan mahasiswa doktoral untuk mengatasi masalah kesehatan mental. Kemudian, apa yang menjadi penyebabnya? 

Penelitian ini diterbitkan di jurnal Nature Medicine dan dilakukan oleh sekelompok ahli dari Departemen Ekonomi Universitas Lund. 

Dalam studi tersebut, peneliti membandingkan data mahasiswa S3 dan mahasiswa S2 yang menjalani terapi pengobatan untuk kesehatan mental. 

Berdasarkan data kependudukan Swedia antara tahun 2006-2017, ditemukan lebih dari 20.000 orang yang terdaftar sebagai mahasiswa program doktoral di negara tersebut.

BACA JUGA:Andre Taulany Batal Jadi Duda, Ternyata Ini Penyebabnya

BACA JUGA:Lihat Karakter Kucing Dari Telapak Kakinya, Emang Bisa?

Dari data mengenai pengobatan, rawat inap, dan konsultasi medis, terlihat bahwa mahasiswa PhD lebih sering menggunakan obat psikiatris dibandingkan dengan mereka yang sudah memegang gelar master. 

Sebelum memulai studi doktoral, konsumsi obat kesehatan mental antara pemegang gelar master dan kandidat PhD cenderung sama. Pada tahun kelima menunjukkan peningkatan sebesar 40% dibanding pra-PhD.

Setelah itu, Nampak penurunan konsumsi obat psikiatis. Mahasiswa memiliki kesempatan hingga 150-175% lebih besar dirawat di rumah sakit.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dampak pendidikan pascasarjana terhadap kesehatan mental mahasiswa serta memberi gambaran tentang risiko yang mungkin dihadapi jika seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3.

BACA JUGA:Ini Dia Sinopsis dan Jadwal Tayang Hellbound Season 2

BACA JUGA:Rahasia Kulit Glowing, 7 Kebiasaan Sepele yang Bikin Kamu Bersinar!

Misalnya, survei sebelumnya di AS menunjukkan bahwa sekitar 15 persen mahasiswa doktoral di bidang Ekonomi dan 10-13,5 persen mahasiswa Ilmu Politik menerima perawatan psikiatris, sementara di Swedia angka rata-rata untuk semua bidang ilmu mencapai 13,5 persen.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak kampus, pemerintah, serta calon mahasiswa doktoral dalam merumuskan kebijakan dan opsi terbaik dalam penyelenggaraan pendidikan tingkat doktoral. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan