Tak Ada Pertukaran Tahanan Kecuali Agresi Gaza Dihentikan

Arsip foto - Sebuah bus yang mentransfer tahanan Palestina tiba di kota Tepi Barat Al-Bireh, 26 November 2023--

PALESTINA - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak akan terlibat dalam pembicaraan pertukaran tahanan dengan Israel, kecuali agresi terhadap Jalur Gaza dihentikan total dan ada komitmen terhadap persyaratan kelompok tersebut.

Deklarasi tersebut disampaikan pemimpin Hamas Osama Hamdan saat konferensi pers di ibu kota Lebanon, Beirut.

“Tidak akan ada negosiasi tentang kesepakatan pertukaran tahanan kecuali penghentian menyeluruh agresi terhadap Jalur Gaza dan kepatuhan terhadap syarat-syarat perlawanan,” katanya.

Hamdan menyampaikan kesediaan Hamas “untuk terlibat dalam semua upaya yang bertujuan mengakhiri agresi di Gaza dan Tepi Barat, membebaskan tahanan dan membangun kerangka kerja nasional untuk mengembalikan hak-hak nasional yang mengarah pada pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan ibu kotanya di Yerusalem.
Militer Israel pada menyebarkan selebaran di Jalur Gaza yang menawarkan hadiah uang atas informasi yang dapat mengarah kepada penangkapan para pemimpin kelompok Palestina, Hamas.

BACA JUGA:Ganjar: Saya Tidak Mengkritik Jokowi

BACA JUGA:Tips Luluran Sendiri di Rumah

Aktivis Palestina membagikan gambar selebaran tersebut secara daring, di mana pihak militer Israel menyeru kepada warga untuk menyediakan informasi mengenai Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, dan saudaranya Muhammed Sinwar, seorang pemimpin militer terkemuka pada sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam.

Selain Sinwar bersaudara, militer Israel juga mencari informasi mengenai Mohammed Deif, komandan jenderal Brigade Al-Qassam, dan Rafaa Salameh, yang memimpin Batalyon Khan Younis.

Selebaran tersebut yang menggunakan nama dan lambang militer Israel menuliskan: "Warga Gaza, Hamas telah kehilangan kekuatannya. Akhir Hamas sudah dekat."

Selanjutnya selebaran itu menuliskan: "Demi masa depan kalian, berikan informasi yang memungkinkan kita untuk menangkap mereka yang telah membawa kehancuran ke Jalur Gaza."

BACA JUGA:Pesan Jokowi ke Apeksi Susun Rencana Besar Sambut Pertumbuhan Populasi

BACA JUGA:Puluhan Pelajar Diamankan, Tawuran di Saat Pra Ujian

"Bagi mereka yang menyediakan informasi akan menerima hadiah uang: untuk Yahya Sinwar sebesar 400 ribu dolar AS (Rp6,1 miliar), Muhammed Sinwar sebesar 300 ribu dolar AS (Rp4,6 miliar), Rafaa Salameh 200 ribu dolar AS (Rp3,1 miliar) dan Mohammed Deif 100 ribu dolar (Rp1,5 miliar)."

Militer Israel juga menuliskan informasi kontak dan nama akun Telegram pada selebaran itu.

Sejak terjadinya konflik, militer Israel telah menyebarkan selebaran di beberapa kawasan di Jalur Gaza sebagai bentuk perang psikologis terhadap penduduk.

Tujuannya adalah untuk melemahkan dukungan rakyat terhadap kelompok perlawanan tersebut.
Sementara, Perusahaan telekomunikasi Palestina PalTel pada Kamis (14/12) mengatakan bahwa layanan komunikasi dan Internet di Jalur Gaza kembali terputus.

BACA JUGA:Mengenaskan, Bocah 10 Tahun Tewas di Banting Ayah Kandungnya

BACA JUGA:Hp dan Uang Raib Digasak Maling, Kerugian Ditaksir Rp 6 Juta

"Kami menyesal mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi di Jalur Gaza hilang akibat agresi yang sedang berlangsung," kata PalTel dalam sebuah pernyataan.

"Gaza kembali padam," tambah PalTel, yang merupakan penyedia utama layanan telekomunikasi bagi warga Palestina di Gaza.

Sudah keenam kalinya sejak 7 Oktober layanan telekomunikasi di seluruh daerah kantong itu telah terputus.

Israel membombardir Jalur Gaza dari udara dan darat, memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat sebagai pembalasan atas serangan lintas batas yang dilakukan kelompok perlawanan Hamas Palestina pada 7 Oktober.

Sedikitnya 18.787 warga Palestina sejak saat itu telah tewas dan 50.897 lainnya luka-luka akibat serangan tanpa henti oleh Israel, menurut otoritas kesehatan di Gaza.

Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas tercatat hampir 1.200 orang, dengan 135 sandera masih ditawan oleh kelompok Palestina tersebut di Gaza tetapi tidak semuanya masih hidup, menurut angka resmi. (ant)

Tag
Share