Nelayan Khawatir Ombak Mulai Tinggi, Hasil Tangkapan Ikan di Tanjab Timur Berkurang
KHAWATIR : Kondisi nelayan yang khawatir akan ombak yang tinggi.-Harpandi/Jambi Independent-
MUARASABAK - Para nelayan yang berada di wilayah pesisir pantai Kabupaten Tanjab Timur mengeluhkan kondisi saat ini. Pasalnya, hasil tangkapan atau produksi nelayan di laut sudah berkurang.
Tentunya hal tersebut berpengaruh terhadap penghasilan yang didapatkan oleh nelayan. Seperti halnya nelayan Pukat Tarik, penghasilannya sekali turun melaut saat ini hanya Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu per orang. Karena dalam satu pompong, Pukat Tarik ini dikerjakan oleh 7 - 8 orang.
BACA JUGA:Pemkab, Minta Bappenas, Alokasikan Anggaran Revitalisasi, Pelabuhan Roro, Dibangun Sejak 2003
BACA JUGA:Dorong Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Pengawasan dan Pemeriksaan Oleh BPK RI
Sulaiman, nelayan di Kecamatan Kuala Jambi ini menuturkan, saat ini kondisi gelombang laut juga mkai tinggi dan nelayan yang menggunakan pompong berukuran khawatir untuk menangkap ikan terlalu jauh ke tengah laut.
"Sekarang hasil melaut kurang, tapi kalau harga ikannya mahal, jadi tidak seimbang dengan penghasilan," ucapnya.
Dirinya juga menuturkan, ikan hasil tangkapan Pukat Tarik biasanya kebanyakan ikan gulama.
Dimana harganya saat ini sudah mencapai Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu perkilogram. Harga tersebut dinilainya sudah tinggi jika dibandingkan dengan harga sebelumnya.
"Kalau sebelumnya harga ikan Gulama perkilonya hanya Rp 3 ribu sampai Rp. 3.500. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah tinggi," tuturnya.
Menurutnya, kondisi seperti ini sudah lumrah terjadi di setiap saat mendekati akhir tahun. Apalagi musim cuaca ekstrem yang biasanya dimulai sejak bulan November, Para nelayan akan memilih tidak melaut saat sudah gelombang tinggi.
"Kalau sekarang, harus pandai memanfaatkan kondisi cuaca, kalau sudah ekstrem, kami tidak akan ke laut, karena beresiko," ungkapnya.
BACA JUGA: Pj Bupati, Minta 43 Calon Guru Penggerak, Lakukan Perubahan di Sekolah
BACA JUGA: Kejari Sarolangun Musnahkan 172 Barang Bukti, Dari 64 Perkara Berkekuatan Hukum Tetap
Mengisi waktu sambil menunggu kondisi cuaca mulai bersahabat, para nelayan biasanya memperbaiki jaring dan pompong yang selama ini mereka gunakan untuk melaut.
"Kami ini bergantung kebutuhan rumah tangga dari hasil melaut. Kalau kondisi cuaca ekstrim gini terus dalam kurun waktu cukup lama, kami juga khawatir tidak ada lagi biaya untuk makan sehari-hari," pungkasnya. (Pan/Viz)