Korban Mengalami Trauma Psikologis, Usai Dilecehkan Ustadz Salah Satu Ponpes di Kota Jambi

Reporter: Finarman |

Editor: Finarman |

Senin , 24 Mar 2025 - 17:24

F-ilustrasi-jambi independent-Jambi Independent

korban mengalami trauma psikologis, usai dilecehkan ustadz salah satu ponpes di kota jambi                             jambi – masih ingat dengan kasus ustadz ponpes diduga melakukan pelecehan terhadap santri? kini wd, seorang pengajar yang diduga melakukan pelecehan terhadap santri mulai menjalani sidang di pengadilan negeri jambi. 
oleh jaksa penuntut umum, awd, didakwa melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak yang berumur 15 tahun melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak, pendidik, atau tenaga kependidikan. dalam hal ini terdakwa adalah seorang tenaga pendidik (ustad) di pondok pesantren. 
perbuatan tersebut dilakukan terda dengan cara, ketika korban yang masih berumur 15 tahun dan merupakan santriwati di pondok pesantren sedang mengambil rantang jatah untuk makan. waktu memang sudah masuk waktu makan siang. 
di dapur rumah milik terdakwa, saat itu kondisi rumah terdakwa sepi. lalu terdakwa memanggil korban dan meminta untuk membersihkan kamar anaknya. saat itu isteri terdakwa baru melahirkan di rumah bersalin dan akan pulang ke rumah. 
baca juga: pilihan olahraga ringan sebelum dan setelah berbuka puasa, tubuh tetap sehat dan bugar 
baca juga:jaga kesehatan pencernaan, konsumsi makanan dan herbal sehat 
pada saat korban sedang membersihkan kamar, lalu terdakwa masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar. setelah selesai kemudian korban pamit hendak pulang ke asrama, namun ditahan oleh terdakwa.  
“terdakwa awd berkata, “tunggu dulu k***” dan anak korban menjawab “ngapo tadz”, k*** mau balek ke asrama kagek dicariin ustadzah” dan terdakwa jawab “ustadzah dak ado nyariin dak, ustadzah balek,” sebut jpu rama triranty seperti dikutip dari surat dakwaan.     
setelah itu, terdakwa mengarahkan tangan anak korban ke belakang, memaksa dengan mengarahkan badan, lalu mengangkat gamis yang dikenakan korban. selanjutnya menarik celana dan celana korban ke bawah. 
karena merasa takut, korban hanya diam saja, setelah itu terdakwa mengangkat kain sarung yang dipakainya lalu berusaha memasukkan alat vital ke alat vital korban. terdakwa terus berusaha sambil menggerakkan badannya. kurang lebih lima menit sehingga terdakwa pun merasakan klimak lalu mencabut alat vitalnya. 
“setelah selesai korban yang masih dalam keadaan ketakutan mencoba keluar dari kamar tersebut, lalu terdakwa berkata ‘jangan kasih tahu ke orang tuo kau yo, gek kau aku santet, iyo baleklah ke asrama’ selanjutnya dalam keadaan menangis pun kembali ke asrama,” sebut jpu dalam dakwaannya.  
beberapa hari setelah kejadian persetubuhan yang dilakukan oleh terdakwa tersebut, korban masih merasakan sakit pada di bagian alat vital. sehingga menyebabkan infeksi dan mengalami demam dan dijemput keluarga. 
dokter yang melakukan pemeriksaan merujuk agar anak korban diperiksa oleh spesialis kandungan di rumah sakit bhayangkara jambi.                                                                                                                                                                                                                              
akibat perbuatan terdakwa yang telah menyetubuhi anak korban, mengalami selaput dara tidak utuh robekan arah jam lima, sesuai dengan hasil visum et repertum nomor: r/37/v/2024/rumkit tanggal 16 mei 2024. 
perbuatan terdakwa tersebut membuat korban mengalami dampak psikologis, yaitu trauma dari kejadian persetubuhan yang dilakukan terdakwa seperti ketakutan yang berlebihan. korban menjadi lebih sensitif dengan perubahan di lingkungan. 
munculnya rasa tidak berdaya sehingga tidak mampu memutuskan hal-hal sesuai keinginannya, dan rasa tidak nyaman pasca kejadian. ini sesuai dengan surat berupa hasil pemeriksaan psikologis terhadap anak korban yang dibuat dan ditanda tangani oleh yashika a. faradhiga, m.psi, psikolog dari dpmppa kota jambi.
perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 76 d uu r.i no. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas uu r.i no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak jo pasal 81 ayat (1) dan ayat (3) uu r.i nomor 17 tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti uu r.i no. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas uu r.i no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjadi undang-undang.
perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 76 e uu r.i no. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas uu r.i no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak jo pasal 82 ayat (1) dan ayat (2) uu r.i nomor 17 tahun 2016 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti uu r.i no. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas uu r.i no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjadi undang-undang jo pasal 65 ayat (1) kuhp.
perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 6 huruf b jo pasal 15 ayat (1) huruf c, huruf e dan huruf g uu r.i nomor 12 tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual jo pasal 65 ayat (1) kuhp. (ira)