Vietnam Nyaris Tumbang, Thailand Terancam Krisis

Donald Trump-IST/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent

JAKARTA - Negara-negara pengekspor barang bernilai tambah rendah seperti Vietnam dan Thailand menjadi korban paling parah dalam gelombang tarif Presiden AS Donald Trump.

Trump menetapkan tarif dasar 10% untuk seluruh impor ke AS, namun negara-negara Asia Pasifik menghadapi tambahan tarif jauh lebih tinggi.

Vietnam dikenai tarif hingga 46%, disusul Kamboja 49%, Sri Lanka 44%, dan Bangladesh 37%.

“Vietnam adalah negara dengan defisit perdagangan terbesar kedua terhadap AS setelah Tiongkok. Tarif setinggi itu diperkirakan mengancam hingga 5,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam,” kata analis.

BACA JUGA:Aktris Michelle Ziudith Tidak Mudik Lebaran

BACA JUGA:Grab Kenalkan Fitur Request to Pay Pertama di Indonesia

 

Sementara Thailand, dengan eksposur ekspor ke AS sebesar 9% dari PDB, berisiko kehilangan 3% dari PDB-nya dalam jangka menengah.

Sebaliknya, negara-negara ekonomi besar seperti India, Jepang, dan Korea Selatan masih punya ruang bernapas

Meskipun terkena tarif sekitar 24–26%, sektor unggulan mereka seperti farmasi dan semikonduktor dikecualikan, melindungi sebagian besar nilai ekspor mereka.

Singapura juga cukup beruntung. Dengan ekspor bernilai tinggi dan defisit perdagangan terhadap AS, Negeri Singa hanya dikenai tarif 10%, serta mendapat pengecualian di sektor farmasi yang berkontribusi besar pada ekonominya.

Thailand, sebagai pusat produksi otomotif ASEAN, terpukul keras karena lemahnya permintaan domestik dan serbuan mobil listrik dari Tiongkok.

Di sisi lain, Jepang dan Korea Selatan tetap harus menanggung tarif 25% untuk mobil dan suku cadang yang menjadi andalan ekspor mereka.

Tekanan terhadap inflasi di Asia justru mereda. Kelebihan pasokan dari Tiongkok menekan harga global, terutama di sektor energi bersih, tekstil, dan mebel—yang secara tak langsung turut menurunkan laju inflasi di banyak negara Asia.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan