Mengapa Orang Dewasa Juga Mengalami Overstimulasi?

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Di era digital yang serba cepat dan penuh rangsangan, istilah "overstimulasi" tak lagi hanya berlaku untuk anak-anak. Orang dewasa kini juga semakin rentan mengalami kondisi ini, di mana otak menerima terlalu banyak input yang tidak mampu diproses sekaligus.
Akibatnya, muncul gejala-gejala fisik, emosional, hingga kognitif yang mengganggu keseharian.
Apa Itu Overstimulasi?
Overstimulasi terjadi saat otak menerima lebih banyak informasi dan rangsangan secara berlebihan dalam waktu bersamaan. Bayangkan seperti komputer yang membuka terlalu banyak tab, lama-kelamaan sistemnya melambat, bahkan bisa berhenti bekerja.
BACA JUGA:Alasan Lebih Nyaman Curhat di Media Sosial
BACA JUGA:Mengenal Wellness Tourism yang Semakin Diminati
Gejalanya bisa berupa rasa kewalahan, mudah marah, gelisah, sulit konsentrasi, kelelahan emosional, dan gangguan fisik seperti sakit kepala hingga gangguan tidur.
Berbeda dari sensory overload yang fokus pada beban sensorik dari panca indera, overstimulasi mencakup pula input emosional dan mental. Hal ini menjadikannya lebih kompleks.
Apa Penyebabnya?
Faktor penyebab overstimulasi sangat beragam:
• Lingkungan: Suara bising, cahaya terang, aroma menyengat, hingga paparan berlebihan dari layar gadget dan media sosial.
• Sosial: Keramaian, tuntutan dalam interaksi, serta tekanan dari ekspektasi sosial.
• Pribadi: Stres kronis, kelelahan, multitasking, kurang tidur, serta gangguan mental seperti ADHD, PTSD, atau kecemasan.
Kondisi ini juga lebih mudah terjadi pada individu dengan sensitivitas tinggi, gaya hidup padat, atau mereka yang tinggal di wilayah urban.