Edukasi Cegah Kekerasan Seksual Sejak Dini

-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Sebenarnya mereka juga korban. Korban budaya patriarki yang menjejali mereka dengan toxic masculinity.
Mereka menjadi abai atas perasaan dan batasan orang lain. Karena mereka diajarkan untuk menjadi tangguh dan mendominasi.
Pendidikan itu sebaiknya dimulai sejak dini. Ajarkan betapa pentingnya untuk menghargai sesama. Sesederhana mengajarkan untuk menerima penolakan dan memahami emosi orang lain.
Ketika orang dewasa di sekitar mereka luput, akibatnya putra mereka bisa menyakiti orang lain. Baik secara kekerasan seksual, fisik, maupun emosional.
Kita berjuang tidak hanya menjaga anak perempuan agar tetap aman. Tapi juga mengajarkan agar anak laki-laki tumbuh menjadi pria yang bisa memberi rasa aman. Baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Bentuk Edukasi yang Bisa Dilakukan
1. Mengajarkan Konsen dan Batasan
Siapa pun perlu memahami bahwa tubuh setiap orang adalah milik mereka sendiri. Tidak ada yang berhak, dalam bentuk apapun, untuk memaksa atau menyentuh seseorang.
Itu adalah batasan yang tidak boleh dilewati. Apabila seorang perempuan menolak, maka laki-laki tidak boleh untuk menawar, memersuasi, atau bahkan mengabaikan.
2. Membangun Empati dan Kecerdasan Emosional
Laki-laki biasanya terbiasa untuk memendam emosi mereka. Hal itu buruk untuk kecerdasan emosional. Ajarkan bahwa normal baginya untuk menangis, merasa takut, ataupun kecewa.
Bantu ia mengekspresikan emosi-emosi itu dengan cara yang sehat. Ketika ia sedih, beri waktu ia untuk menangis. Jika ia takut atau kecewa, bantu ia mengomunikasikan perasaannya tanpa rasa malu.
Dengan mengelola emosinya secara sehat, ia akan tumbuh sebagai seorang yang lebih peka dan menghargai perasaan orang lain.
Ia juga akan terbiasa untuk meluapkan emosinya dengan cara yang tidak destruktif bagi ia atau orang sekitarnya.
3. Stop Toxic Masculinity