Risiko Thrifting Mulai Kesehatan sampai Hukum

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent

Belanja baju bekas alias thrifting memang sedang digandrungi beberapa kalangan. Selain harganya lebih terjangkau, pilihan modelnya juga beragam. Namun, di balik tren seru ini, ada beberapa bahaya yang perlu diwaspadai.  

Thrifting awalnya dikenal sebagai langkah mendukung gaya hidup berkelanjutan dan mengurangi limbah fashion. Namun, popularitas yang semakin meluas juga membawa sisi lain yang perlu diwaspadai. 

Terutama bagi yang kurang memperhatikan keamanan produk yang dibeli. Jadi, jangan sampai keasyikan berburu barang unik justru membawa masalah baru bagi kesehatan dan keuangan Anda. 

Bukan berarti thrifting itu dilarang ya. Tetapi memahami risikonya akan membuat Anda lebih bijak saat berbelanja.

BACA JUGA:Alasan Laki-Laki Lebih Mudah Diterima di Keluarga Pasangan

BACA JUGA:Work From Anywhere, Ubah Cara Anak Muda Menjalani Hidup 

1. Risiko Kesehatan: Waspadai Moluskum Kontagiosum 

Salah satu risiko kesehatan yang jarang disadari dari pakaian bekas adalah penyakit kulit, salah satunya moluskum kontagiosum. moluskum kontagiosum adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus, ditandai dengan munculnya benjolan kecil, mengilap, dan terkadang gatal.  

Virus ini sangat mudah menular melalui kontak langsung dengan kulit atau benda yang sudah terkontaminasi, termasuk pakaian. Saat Anda membeli pakaian thrifting yang belum dicuci atau disterilkan dengan benar, Anda berisiko membawa virus ini ke dalam tubuh.  

Terlebih lagi, moluskum kontagiosum bisa menyebar ke area tubuh lain atau bahkan ke orang lain di sekitar Anda. Selain moluskum kontagiosum, thrifting tanpa kehati-hatian juga bisa membawa penyakit lain seperti kudis, infeksi jamur, atau iritasi kulit. 

Selalu cuci pakaian thrifting dengan air panas dan deterjen antibakteri. Jika memungkinkan, jemur di bawah sinar matahari langsung atau gunakan setrika panas untuk memastikan virus dan bakteri mati. 

2. Risiko Ketergantungan Belanja Impulsif 

Karena harganya yang murah dan modelnya yang unik, banyak orang akhirnya kalap saat thrifting. Tanpa sadar, mereka membeli terlalu banyak pakaian yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Inilah yang disebut ketergantungan impulsif. 

Kebiasaan  belanja impulsif bisa berdampak buruk dalam jangka panjang. Bukan hanya dompet yang terkuras, tetapi juga bisa menciptakan penumpukan barang di rumah dan akhirnya meningkatkan limbah tekstil. Yakni sesuatu yang justru bertentangan dengan semangat sustainable fashion.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan