Manna Haikal

Dahlan iskan--

Saya pernah ke kantor DBL. Luas. Lapang. Yang kerja anak muda semua. Suasana penuh canda ceria. Kantornya mirip lapangan basket penuh komputer.

Banyak foto juara-juara DBL dipajang di dinding. Juga foto-foto saat mereka dilatih pelatih asing. Juga foto-foto pas mereka di Amerika.

Di satu dinding ada pajangan kaus-kaus pemain NBA. Juga sepatu mereka. Ada yang ukuran sepatunya ampun-ampun: tiga kali sepatu saya. Semula saya pikir itu sepatu orang purba. Sangat tidak umum. Ternyata sebesar itulah sepatu pemain basket Amerika.

Semua itu koleksi pribadi pendiri DBL --yang ia dapatkan langsung dari para pemain Amerika itu. Ia memang sekolah SMA di sana. Sampai lulus kuliah. Saya malu menyebutkan siapa namanya.

Mulai tahun ini DBL punya program baru: memperluas mimpi anak Indonesia. Program itu dibuat agar tidak hanya bintang-bintang DBL yang bisa ikut camp dan ikut ke Amerika.

Tujuannya: agar siswa dari kota-kota yang belum ada kompetisi DBL-nya bisa terwadahi. Atau, di kota itu sebenarnya sudah ada DBL namun sekolahnya tidak bisa ikut dengan berbagai sebab. Misalnya belum bisa membuat satu tim yang komplet.

Untuk yang seperti itu siswa yang gila basket boleh mendaftar. Tetap harus memenuhi kriteria student athlete. Juga akan diverifikasi apakah ia/dia hanya main-main basket atau sungguh-sungguh ingin berprestasi.

Ada nama resminya, tapi saya menyebutnya ”jalur perorangan”. Jalur ini diberi kuota lima orang. Lima orang itu bergabung dengan lebih dari 200 pelajar lain yang sudah tersaring lebih dulu dari "kota-kota DBL". Eits, ada juga 54 pelatih yang ikut serta. Mereka juga terseleksi dari "kota-kota DBL".

Salah satu yang terpilih dari "jalur perorangan" adalah Haikal dari Manna. Ia siswa kelas XII asal SMAN 1 Bengkulu Selatan.

Pelatih/guru olahraga SMAN 1 Manna, Akbar Sofian, yang mendorong Haikal mendaftar ikut DBL Camp "jalur perorangan". Ia mendapatkan dukungan cukup banyak lewat vote dan akhirnya lolos.

Selama seminggu di camp, Haikal menunjukkan prestasi menonjol. Pelatih-pelatih dari Australia sepakat memilih Haikal sebagai salah satu All Star. Ia pun akan ikut berangkat ke Amerika Juni depan.

Haikal selalu mengikuti DBL lewat media digital DBL. Sejak ia masih di SMP. Ia mimpi kapan ada DBL di Bengkulu. Tim basket SMAN 1 sering bertanding, tapi tidak sebergensi seperti di DBL.

Kini Haikal mencapai sebagian mimpinya.

Terbukti bahwa mimpi adalah hak semua orang. Juga hak anak dari seorang tenaga serabutan di pelosok Manna. (Dahlan Iskan)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan