Kemenkes Buka Suara Soal Pengiriman Anak Nakal ke Barak Militer

MILITER: Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat mengunjungi remaja bermasalah di barak militer.-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
JAKARTA - Efektivitas pelatihan militer untuk pendidikan karakter dan kedisiplinan masih menjadi tanda tanya di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan program Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengirimkan siswa bermasalah ke barak militer.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menjelaskan, masalah remaja di Indonesia merupakan cerminan dari tantangan zaman, mulai dari dampak digitalisasi, perubahan nilai sosial, hingga tekanan ekonomi dan akademis.
Menurut survei I-NAMHS, dilaporkan sekitar 15,5 juta remaja Indonesia mengalami setidaknya satu masalah kesehatan mental.
Selain itu, sekitar 34,9% remaja (usia 10–17 tahun) menghadapi gangguan seperti depresi, kecemasan, stres pasca-trauma, masalah perilaku, hingga gangguan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
BACA JUGA:Satgas Premanisme dan Ormas Akhirnya Dibentuk
BACA JUGA:SPMB Dimulai Pertengahan Juni, Terapkan Sistem Jalur Seleksi yang Beragam
Data ini mengindikasikan adanya tekanan emosional yang cukup besar di kalangan remaja.
Imran mendefinisikan beberapa bentuk kenakalan yang paling umum dari berbagai informasi dan berita belakangan ini, mulai dari tawuran antarpelajar, bolos sekolah, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, serta bullying atau perundungan.
Menurutnya, secara geografis di beberapa wilayah di Indonesia lebih rawan terhadap permasalahan ini.
"Berbagai laporan menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Barat, terutama wilayah perkotaan seperti Bandung, mencatat angka kenakalan remaja yang tinggi," ungkap Imran.
Di wilayah tersebut, Imran menyebut kasus tawuran dan tindakan kriminal di kalangan pelajar seringkali menjadi sorotan media.
Sedangkan kota-kota seperti Sukabumi, Kupang, dan Bogor juga dilaporkan menyaksikan peningkatan insiden kenakalan.
Belum lagi dengan semakin maraknya penggunaan media digital yang menyebabkan isolasi sosial yang sekaligus meningkatkan dinamika konflik antarkelompok.
Demikian itu mengindikasikan bahwa masalah remaja tidak hanya bersifat individual, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial yang lebih luas.