Ahli Konstruksi Sebut Pengawasan Proyek Lemah, Kebocoran Terowongan PLTA Kerinci Akibat Kualitas Tidak Bagus

Kebocoran pada terowongan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kerinci diduga disebabkan oleh lemahnya pengawasan dalam pelaksanaan proyek, khususnya pada pembangunan struktur terowongan.-SAPRIAL/JAMBI INDEPENDENT -Jambi Independent
Kerinci – Kebocoran pada terowongan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kerinci diduga disebabkan oleh lemahnya pengawasan dalam pelaksanaan proyek, khususnya pada pembangunan struktur terowongan. Hal ini disampaikan oleh Untung Yasril, Ahli Madya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang juga menjabat sebagai Pembina Jasa Konstruksi.
Menurut Untung, kebocoran yang terjadi kemungkinan besar akibat dari seepage atau rembesan air melalui celah atau pori-pori pada struktur bangunan. Ia menyebutkan bahwa hal ini merupakan indikasi adanya kekurangan dalam aspek perencanaan maupun pelaksanaan proyek.
“Biasanya, jika terjadi kebocoran seperti ini, penyebabnya adalah kelemahan dalam perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi di lapangan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Untung menjelaskan bahwa dalam suatu proyek konstruksi terdapat tiga tahap penting, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Pengawasan, menurutnya, bukan hanya soal material, tetapi juga mencakup kualitas hasil pekerjaan, kompetensi tenaga kerja, peralatan, hingga metode pelaksanaan yang digunakan.
BACA JUGA:Milad ke-7 Ponpes Arrahman, Wali Kota Jambi Dukung Penuh Pendidikan Santri Penghafal Quran
BACA JUGA:Kebiasaan Buruk Bisa Sebabkan Keguguran pada Ibu Hamil
Ia menegaskan bahwa struktur seperti terowongan PLTA harus mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan tekanan air, sebab jika tidak ditangani segera, kebocoran yang terlihat kecil bisa berkembang menjadi kerusakan besar.
“Air punya tekanan tinggi, apalagi di balik tubuh bendungan. Jika rembesan tidak segera diatasi, kerusakan bisa meluas dan membahayakan keseluruhan struktur,” katanya.
Untung juga menduga kemungkinan material yang digunakan dalam pembangunan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang direncanakan, meski ia mengaku belum mengetahui secara pasti apakah material tersebut berupa beton atau batu kali.
Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah, ia menyarankan agar perbaikan segera dilakukan. “Langkah awal yang disarankan adalah menghentikan sementara aliran air dengan mengosongkan bendungan, lalu memperbaiki bagian yang mengalami rembesan,” tegasnya.
Kebocoran ini menjadi sorotan karena berpotensi mengancam kelangsungan operasional PLTA dan keselamatan infrastruktur di sekitarnya jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. (sap/ira)