Teater Koma Angkat Isu Kemanusiaan dan AI, Dalam Pementasan ''Mencari Semar''

Sutradara Rangga Riantiarno saat ditemui dalam acara prapementasan "Mencari Semar" yang digelar Teater Koma di Ciputra Artpreneur, Jakarta.-ANTARA/Abdu Faisal -Jambi Independent

JAKARTA – Teater Koma kembali menghadirkan pementasan yang menggugah pikiran, kali ini melalui lakon bertajuk “Mencari Semar” yang dipentaskan di Ciputra Artpreneur Jakarta pada 13–17 Agustus 2025. Dalam pertunjukan ini, kelompok teater legendaris tersebut mengangkat isu relevan masa kini: hubungan antara manusia dan kecerdasan buatan (AI).

Sutradara Rangga Riantiarno dalam acara pra-pementasan yang digelar Selasa (12/8) mengungkapkan bahwa drama ini mempertanyakan posisi manusia di tengah kemajuan teknologi. Salah satu pertanyaan kritis yang dilontarkannya adalah: "Apakah AI akan menggantikan Semar?"

Semar, dalam kebudayaan wayang, dikenal sebagai simbol kebijaksanaan dan moralitas. Dalam konteks pementasan ini, kehilangan sosok seperti Semar dapat diartikan sebagai hilangnya panduan moral dalam masyarakat yang semakin bergantung pada teknologi tanpa arah yang jelas.

"Jika manusia hanya mengikuti perintah AI yang tujuannya tak selalu sejalan dengan nilai-nilai luhur, maka secara moral, peradaban bisa berada di ambang kehancuran," ujar Rangga.

BACA JUGA:Bingung Soal Royalti, Tompi Putuskan Keluar dari WAMI

BACA JUGA:Kawal Rencana Pembangunan Kampung Haji di Makkah

Meski membawa kritik terhadap ketergantungan terhadap AI, pementasan ini tidak serta merta menganggap AI sebagai musuh. Rangga menjelaskan bahwa dalam naskah, Semar justru menunjukkan penghormatan terhadap segala bentuk kehidupan, termasuk AI.

"Semar tidak memusuhi AI. Ia menghargai semua bentuk eksistensi, sebagaimana disampaikan dalam dialog pementasan," jelasnya.

Dari sisi teknis, Rangga menyebut bahwa persiapan pertunjukan sudah hampir rampung. “Kami sudah siap 95 persen, sisanya tinggal penyempurnaan teknis seperti pencahayaan, suara, dan efek-efek kecil,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa dalam pertunjukan penuh mendatang, para pemain—terutama dari kelompok panakawan seperti Gareng, Petruk, dan Bagong—akan menyelipkan lebih banyak dialog spontan yang menyentil isu-isu sosial terkini.

"Penonton terlihat sangat menikmati celetukan-celetukan mereka saat pra-pementasan, jadi kami akan kembangkan lebih banyak momen serupa,” tambah Rangga.

Pementasan ini melibatkan aktor-aktor andalan Teater Koma, seperti Budi Ros (Semar), Rita Matu Mona (Dewi Sutiragen), Emmanuel Handoyo (Gareng), Dana Hasan (Petruk), dan Nino Bukir (Bagong). (*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan