Rekomendasi Novel Fiksi Historis di iPusnas, Ungkap Tragedi Masa Lalu Indonesia

-IST/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
Pramoedya Ananta Toer, seorang tokoh yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Karya ini diterbitkan pada tahun 1980 hingga 1988, dan berhasil melalui perjalanan yang panjang hingga dapat dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan mudah.
Karya ini dilahirkan oleh Pram pada masa penahanannya di penjara selama masa Orde Baru. Tak hanya sekadar buku fiksi, tetapi juga bentuk perjalananan panjang sejarah Indonesia.
Memiliki 4 judul buku, mulai dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca dengan menggambarkan perjuangan melawan penjajahan belanda dan memperjuangkan keadilan, serta nilai moral di tengah kekacauan bangsa yang dibalut dengan kisah romansa.
Amba karya Laksmi Pamuntjak
Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2012 oleh Laksmi Pamuntjak. Novel ini membuat masyarakat Indonesia tertarik untuk membaca karena berlatar sejarah dengan bumbu kisah romansa yang rumit.
Novel ini bercerita tentang kisah hidup Amba, anak seorang guru di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Kisah ini disertai dengan keadaan politik, eknomi, dan sosial yang kacau pada masa pemerintahan Orde Baru dan peristiwa G30S PKI.
Selain itu, terdapat fakta yang menarik dalam buku ini. Pada setiap pergantian bab, terdapat kutipan epos Mahabharata.
Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
Anda pasti pernah sekadar mendengar atau membaca novel ini. Novel yang ditulis oleh Leila S. Chudori ini telah banyak dibaca oleh masyarakat Indonesia bahkan telah sampai di cetakan ke-100.
Novel ini menceritakan kisah penculikan aktivis di tahun 1998. Novel ini menceritakan tragedi tersebut dengen berbagai sudut pandang, mulai dari tragedinya, keluarga dan sahabat yang kehilangan, serta perasaan korban.
Walaupun dibalut dalam bentuk fiksi dan tidak menampilkan kronologi sejarah yang sama persis. Tragedi 1998 menjadi fondasi cerita novel ini.
Membaca novel pada era digital saat ini bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga menjadi cara untuk terus menghidupkan dan menumbuhkan kesadaran terhadap masa lalu yang pernah terjadi. (*)