Usia 20-an: Fase Bingung, Tapi Juga Paling Penuh Pelajaran

Reporter: Rizal Zebua |

Editor: Rizal Zebua |

Minggu , 07 Sep 2025 - 19:54

-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent

usia 20-an: fase bingung, tapi juga paling penuh pelajaran                            usia 20-an adalah masa di mana semuanya terasa serba baru—dan jujur saja, cukup membingungkan. ini bukan sekadar fase transisi dari remaja ke dewasa. di dekade ini, kita mulai menyadari bahwa banyak hal yang dulu hanya terdengar sebagai teori… ternyata begitu nyata saat dijalani sendiri.
tanpa aba-aba, kita mendapati diri berada di dunia yang menuntut banyak hal, sementara kita masih sibuk mencari tahu siapa sebenarnya diri kita. berikut beberapa hal yang, perlahan tapi pasti, mulai terasa relevan saat usia 20-an datang mengetuk pintu hidup kita:
1. tidak ada manual untuk jadi dewasa
tidak ada upacara resmi atau sertifikat yang menandai bahwa kita sudah dewasa. kedewasaan datang dari proses: dari mencoba, salah, bangkit lagi, dan bertanggung jawab. setiap orang menjalani fase ini dengan caranya sendiri. jangan panik kalau merasa belum "siap"—semua orang juga sedang berimprovisasi.
baca juga:mengulik pentingnya kesehatan mental dalam dunia pendidikan
baca juga:cuaca boleh panas, tapi kulit tetap adem
2. uang bisa habis sangat cepat—dan itu menyadarkan
dulu uang jajan terasa cukup untuk apa saja. sekarang, ada tagihan, pulsa, skincare, transportasi, bahkan biaya tak terduga untuk isi galon. baru sadar, konsep “value for money” ternyata nyata: penting bukan hanya soal seberapa besar pengeluaran, tapi seberapa bijak kita mengelolanya.
3. kesehatan mental bukan sekadar isu, tapi kebutuhan
overthinking sebelum tidur, burnout dari pekerjaan, atau rasa lelah emosional ternyata punya dampak nyata. sekarang kita tahu: kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. istirahat, journaling, atau sekadar log out sejenak bisa jadi bentuk rawat diri.
4. pertemanan berkualitas lebih penting dari sekadar banyak teman
lingkaran pertemanan memang menyempit. tapi itu bukan hal buruk. kita mulai lebih menghargai hubungan yang tulus dan suportif, dibanding sekadar ramai namun penuh kepalsuan. koneksi emosional > koneksi sosial.
5. setiap orang punya jalannya sendiri
ada yang sudah menikah, ada yang baru kuliah lagi. ada yang sibuk startup, ada yang masih eksplorasi passion. usia 20-an membuat kita sadar: tidak ada timeline tunggal yang harus diikuti. jalan hidup tidak perlu disamakan. kita boleh punya ritme sendiri.
6. belajar itu tidak harus dari kelas
kita mulai paham bahwa belajar bisa datang dari mana saja: dari rekan kerja, dari kesalahan, dari podcast, bahkan dari youtube. pendidikan formal penting, tapi bukan satu-satunya cara untuk tumbuh. dunia adalah ruang belajar yang sesungguhnya.
7. media sosial bisa menjadi sumber tekanan
ternyata tidak semua yang terlihat di instagram adalah kenyataan. tekanan untuk terlihat ‘sukses’ atau ‘happy’ bisa melelahkan. dan sesekali digital detox jadi kebutuhan, bukan tren. kita mulai belajar bahwa hidup tak perlu selalu ditampilkan.
8. tidur cukup & makan sehat bukan lagi sekadar nasihat orang tua
begadang tidak semenyenangkan dulu. tubuh kini lebih jujur dalam menyampaikan sinyal. mulai dari gampang lelah, sulit fokus, sampai mood swing yang tak jelas asalnya. kita sadar bahwa pola hidup sehat bukan cuma pilihan—tapi investasi jangka panjang.
9. prioritas hidup bisa bergeser
ambisi besar yang dulu dielu-elukan bisa berubah menjadi keinginan untuk hidup tenang, dekat keluarga, atau punya waktu untuk diri sendiri. dan itu sah-sah saja. hidup bukan soal mengejar satu tujuan tetap—ia dinamis dan fleksibel.
10. belajar menerima dan menghargai diri sendiri itu proses panjang
mungkin pelajaran paling berat: berdamai dengan diri sendiri. tidak membandingkan diri dengan orang lain, tidak menuntut kesempurnaan, dan mulai percaya bahwa kita cukup, dengan versi diri kita hari ini.
pelan-pelan, semua akan terasa masuk akal
usia 20-an tidak harus dipahami sepenuhnya hari ini. ada hari-hari di mana kita merasa tidak tahu harus ke mana. tapi itu bukan tanda kegagalan—itu bagian dari perjalanan.
kita sedang menjalani semuanya untuk pertama kali. maka wajar jika masih salah langkah, ragu, atau takut. yang penting adalah terus mencoba, mengenali diri, dan merayakan kemajuan sekecil apa pun.
karena dalam hidup, tidak ada kata terlambat untuk tumbuh, dan tidak ada kata terlalu cepat untuk belajar kembali.(*)