Duh! Ternyata 70 Persen Anak di Indonesia Terlambat Didiagnosis Diabetes Tipe 1

Foto ilustrasi anak penderita diabetes -ist-
JAKARTA – Sebanyak 70 persen anak-anak Indonesia yang menderita diabetes tipe 1 diketahui terlambat mendapatkan diagnosis, sehingga sering kali datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi sudah mengalami ketoasidosis diabetik (KAD) — komplikasi serius yang bisa berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K), Subspesialis Endokrin Anak, dalam diskusi media di Jakarta.
Ia menekankan bahwa angka tersebut masih sangat tinggi, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara dengan sistem layanan kesehatan yang optimal, di mana kasus KAD hanya berkisar di bawah 20 persen.
“Sebagian besar pasien anak datang ke rumah sakit saat sudah mengalami KAD. Ini kondisi gawat darurat — gejalanya bisa berupa muntah, napas cepat, hingga penurunan kesadaran. Kalau terlambat ditangani, risikonya bisa fatal,” jelas Prof. Aman.
BACA JUGA:Penyederhanaan Birokrasi Bukan Sekadar Administratif, Ini Penekanan Wawako Diza Hazra Aljosha
BACA JUGA:FGD dan Sosialisasi Sistem Kerja ASN, Pemkot Jambi Percepat Reformasi Birokrasi
Salah Diagnosa Masih Jadi Masalah Utama
Menurut Prof. Aman, keterlambatan diagnosis disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat tentang diabetes tipe 1 pada anak, serta masih banyaknya tenaga medis yang belum mengenali gejala khas penyakit ini.
Ia mencontohkan, ada kasus di mana anak dengan diabetes tipe 1 justru didiagnosis menderita asma, infeksi paru, bahkan sempat dioperasi usus buntu, padahal gejala utamanya berasal dari gangguan metabolisme gula darah.
“Ini bukan diabetes karena faktor keturunan seperti tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh gangguan autoimun, yang bisa dipicu oleh infeksi virus,” tambahnya.
BACA JUGA:Pemkab Tanjabtim akan Bentuk OPD Baru, Pecahan Dari Bakeuda
BACA JUGA:Realisasi Program PTSL di Jambi Capai 83 Persen, Ini Prosedur dan Manfaat Program PTSL
Perlu Peran Bersama Masyarakat dan Tenaga Kesehatan
Prof. Aman menekankan bahwa penanganan diabetes anak, khususnya tipe 1, merupakan tanggung jawab kolektif antara masyarakat, tenaga medis, dan pemerintah.
Ia menyebut bahwa setiap dokter umum seharusnya memiliki kemampuan dasar untuk mengenali dan menangani kondisi seperti KAD, setidaknya dengan pemberian insulin secara cepat sebelum merujuk ke spesialis.
Sebagai bagian dari solusi, ia memimpin program Changing Diabetes in Children (CDiC) yang bertujuan untuk memberikan akses insulin, alat pemantauan gula darah, serta edukasi dan pendampingan bagi anak-anak penderita diabetes di seluruh Indonesia.