Tausiyah Jumat, SAH Sampaikan Cinta dan Taat Pada Pemimpin Bagian dari Perintah Agama

TAAT : SAH bersama Presiden Prabowo. SAH sampaikan cinta dan taat pada pemimpin bagian dari perinatah agama.-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
JAMBI – Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Jambi, Dr. Ir. H. A.R. Sutan Adil Hendra, MM menyampaikan tausiyah Jumat yang menekankan pentingnya mencintai pemimpin sebagai bagian dari iman seorang Muslim.
Dalam tausiyahnya, bapak beasiswa Jambi yang akrab disapa SAH ini menjelaskan bahwa Islam telah memberikan pedoman jelas mengenai hubungan umat dengan pemimpin. Ia mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 59:
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kamu."
Menurut SAH, ayat ini menjadi landasan penting bahwa ketaatan kepada pemimpin, selama tidak bertentangan dengan syariat, adalah bagian dari iman dan bukti ketaatan kepada Allah SWT.
BACA JUGA:Pencuri Besi Jalani Sidang
BACA JUGA:Balita Diduga Jadi Korban Asusila Ayah Kandung Sendiri
Ia juga menyampaikan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim: "Barangsiapa taat kepada pemimpin, maka sungguh ia taat kepadaku. Dan barangsiapa durhaka kepada pemimpin, maka sungguh ia durhaka kepadaku."
“Cinta kepada pemimpin adalah bagian dari iman. Pemimpin adalah wasilah untuk menjaga persatuan umat dan bangsa. Tanpa pemimpin, umat akan tercerai-berai,” ujar SAH di hadapan jamaah.
SAH menambahkan, para ulama seperti Imam Al-Ghazali juga menekankan bahwa keberadaan pemimpin adalah nikmat Allah yang harus dijaga. Tanpa kepemimpinan, menurut Al-Ghazali, masyarakat akan hidup dalam kekacauan dan kehilangan arah.
Lebih jauh, SAH juga merujuk pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 6 Tahun 2000 tentang Kewajiban Umat Islam terhadap Kepemimpinan, yang menegaskan bahwa umat Islam wajib menaati pemimpin muslim sepanjang tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Fatwa tersebut menegaskan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara rakyat dan pemimpin demi kemaslahatan bersama.
Ia menegaskan bahwa mencintai pemimpin bukan berarti menutup mata terhadap kekurangan. Kritik yang baik tetap dibolehkan, bahkan dianjurkan, selama disampaikan dengan cara yang santun dan tidak menimbulkan fitnah.
“Kalau ada kekurangan, kita doakan pemimpin kita agar diberi hidayah dan kekuatan. Jangan sampai kebencian menutup pintu doa kita. Persatuan umat dan bangsa jauh lebih utama,” tegasnya.
Tausiyah Jumat yang disampaikan SAH ini mendapatkan respon positif dari jamaah. Banyak yang menilai pesan moral tersebut relevan dengan kondisi saat ini, di mana peran pemimpin sangat penting dalam menjaga stabilitas dan arah pembangunan bangsa. (Enn/Viz)