4 Risiko Tersembunyi di Balik Tren Slow Living

ilustrasi slow living--
JAMBIKORAN.COM - Gaya hidup slow living pernah menjadi tren, terutama di kalangan masyarakat urban yang mulai lelah dengan ritme hidup serba cepat.
Hidup perlahan, lebih sadar, dan menikmati setiap momen terdengar seperti resep sempurna untuk ketenangan batin.
Namun, di balik kesan idealnya, gaya hidup ini ternyata juga punya sisi gelap yang kerap tak disadari. Jika dijalani tanpa keseimbangan, slow living justru bisa membawa dampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan.
Berikut empat sisi negatif yang paling sering dialami para pelakunya.
BACA JUGA:Cek Endra Mina Percepat Legalisasi Sumur Minyak Rakyat, Guna Genjot Produksi
BACA JUGA:Graham Potter Dipecat West Ham
1. Mudah Terjebak dalam Prokrastinasi dan Kehilangan Momentum
Prinsip utama slow living adalah tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan tugas. Tapi jika terlalu longgar, hal ini bisa berubah menjadi kebiasaan menunda-nunda alias prokrastinasi.
Akibatnya, seseorang bisa kehilangan momentum penting dalam karier, pendidikan, maupun proyek pribadi karena terlalu lama berpikir atau menunggu waktu yang dianggap “tepat”.
2. Tantangan Finansial karena Minimnya Ambisi Material
BACA JUGA:Makanan Sehat yang Disarankan saat Menstruasi, Bantu Kurangi Nyeri dan Jaga Mood
BACA JUGA:Tips Ampuh Tingkatkan Imunitas Tubuh, Sehat Hadapi Aktivitas Padat dan Cuaca Tak Menentu
Konsep slow living sering kali mendorong seseorang untuk lebih menghargai kedamaian daripada kekayaan materi. Meski bermakna, hal ini bisa berdampak pada kondisi finansial, terutama jika seseorang memilih pekerjaan yang lebih santai dengan penghasilan rendah.
Di era modern, stabilitas finansial tetap penting untuk kebutuhan jangka panjang seperti membeli rumah, menyiapkan dana pensiun, atau menghadapi keadaan darurat.