4 Risiko Tersembunyi di Balik Tren Slow Living

ilustrasi slow living--

3. Rentan Dianggap Malas oleh Lingkungan Sekitar

Tidak semua orang memahami esensi slow living. Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi produktivitas, mereka yang hidup dengan ritme lambat sering disalahartikan sebagai pemalas atau kurang ambisius.

BACA JUGA:Bupati Fadhil Arief Canangkan Penanaman Perdana Padi di Desa Jelutih

BACA JUGA:Unja Resmikan Graha Singedekane dan Graha Kemas Mohamad Saleh

Pandangan seperti ini dapat memengaruhi hubungan sosial dan membuat pelaku slow living merasa tidak dimengerti, terutama di lingkungan yang kompetitif dan berorientasi pada pencapaian.

4. Sulit Beradaptasi di Dunia Modern yang Serba Cepat

Dunia kerja dan sosial saat ini menuntut kecepatan dalam merespons, berkomunikasi, dan mengambil keputusan. Gaya hidup yang terlalu lambat bisa membuat seseorang tertinggal atau kesulitan menyesuaikan diri.

BACA JUGA:Ditjen Imigrasi Tindak 196 WNA Langgar Aturan Keimigrasian

BACA JUGA:Perhiasan Elita Raib Dirampas di Tengah Jalan

Dalam pekerjaan misalnya, tuntutan untuk cepat menanggapi email atau menyelesaikan tenggat waktu ketat bisa menjadi tantangan besar bagi mereka yang terbiasa dengan ritme slow living.

Meski begitu, bukan berarti slow living tidak layak dijalani.

Kuncinya ada pada keseimbangan, memperlambat langkah tanpa kehilangan arah, dan menikmati hidup tanpa melupakan tanggung jawab. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan