Rupiah Berpotensi Menguat, Didukung Optimisme Pertemuan Dagang China–AS

Ilustrasi Pertukaran Nilai Mata Uang Rupiah dan Dollar --

JAMBIKORAN.COM - Nilai tukar rupiah berpotensi menguat di tengah meningkatnya optimisme pasar terhadap perundingan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS).

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan, sentimen positif tersebut dapat memberi dorongan pada mata uang Garuda meskipun ruang penguatannya masih terbatas.

“Menurut AS, telah disetujui rangka dasar untuk pembahasan. Namun seperti sebelumnya, hal-hal tersebut, termasuk konfirmasi pertemuan Presiden Xi Jinping dan Donald Trump, hanya disampaikan oleh pihak AS dan belum dikonfirmasi oleh China.

Investor masih was-was karena bisa saja terjadi kegagalan mencapai kesepakatan,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.

BACA JUGA:Tren 2025: Solo Traveling Jadi Gaya Hidup Baru Perempuan, Begini 7 Tips Aman di Era Digital

BACA JUGA:Traveling Jadi Terapi Baru: Cara Sederhana Menyembuhkan Hati dan Menenangkan Pikiran

Mengutip laporan Anadolu, Presiden AS Donald Trump menyampaikan optimismenya terkait rencana pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping pada pekan depan.

Pertemuan tersebut disebut-sebut akan menjadi pembahasan penting mengenai isu perdagangan, tarif antarnegara, serta persoalan terkait Taiwan.

Trump juga menegaskan bahwa tarif sebesar 157 persen terhadap China tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Pertemuan keduanya dijadwalkan berlangsung pada 30 Oktober 2025 di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan.

BACA JUGA:Mona Ratuliu Cerita Rahasia Keharmonisan Rumah Tangga Selama 23 Tahun dengan Indra Brasco

BACA JUGA:Nicole Kidman Fokus Pulihkan Mental Anak Setelah Resmi Berpisah dari Keith Urban

Meski demikian, Lukman menilai, penguatan rupiah akan bersifat terbatas karena investor juga menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) serta perkembangan konkret dari pertemuan antara Xi dan Trump.

Selain faktor eksternal tersebut, data inflasi Amerika Serikat juga memberikan dukungan bagi penguatan rupiah.

Data inflasi AS untuk September menunjukkan tanda-tanda moderasi, sehingga meningkatkan prospek pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).

Tercatat, inflasi September AS naik 0,3 persen, lebih rendah dari perkiraan 0,4 persen. Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi turun ke level 3 persen, di bawah ekspektasi yang sebesar 3,1 persen.

BACA JUGA:Kasus Pembunuhan di Kerinci Kini Ditangani Jaksa, Tersangka Dijerat Pasal dengan Ancaman Hukuman Mati

BACA JUGA:Geger! Mayat Wanita Nyaris Tanpa Busana Ditemukan Mengapung di Sungai Babeko

Inflasi inti juga hanya meningkat 0,2 persen, lebih rendah dari prediksi 0,3 persen.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.550–Rp16.650 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan hari Senin, rupiah tercatat melemah tipis sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.605 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.602 per dolar AS. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan