Awas! Ternyata Sering Duduk Terlalu Lama di Depan Komputer Dapat Picu Kematian Dini

Ilustrasi Duduk di Depan Komputer-jambi independent -

BACA JUGA:Penduduk Miskin di Jambi Turun 3,1 Persen pada 2023

Menurut peneliti, individu dapat mengurangi risiko kematian dini dan penyakit kardiovaskular dengan berolahraga secara giat selama 15 hingga 30 menit. 

Hasilnya menunjukkan, tercatat 26.257 kematian selama penelitian.

Lebih dari separuh kematian terjadi pada orang-orang yang sebagian besar melakukan aktivitas duduk di tempat kerja.

“Perubahan sistemik, seperti lebih sering istirahat, meja berdiri, area kerja yang ditentukan untuk aktivitas fisik, dan manfaat keanggotaan gym, dapat membantu mengurangi risiko,” ujar para penulis.

"Sebagai bagian dari gaya hidup modern, duduk terlalu lama di tempat kerja dianggap normal dan belum mendapat perhatian, meskipun dampak buruknya terhadap kesehatan telah terbukti," penulis senior dr. Wayne Gao.

“Temuan kami menunjukkan bahwa mengurangi duduk terlalu lama di tempat kerja dan/atau meningkatkan volume atau intensitas aktivitas fisik sehari-hari mungkin bermanfaat dalam mengurangi peningkatan risiko semua penyebab kematian dan penyakit kardiovaskular yang terkait dengan duduk terlalu lama di tempat kerja," ucapnya.

BACA JUGA:Perlu Duduk Satu Meja, Bahas Polemik Stockpile PT SAS

BACA JUGA:Efek Duduk Terlalu Lama

Apa Solusinya?

Rekan penulis dr. Min-Kuang Tsai mengatakan peningkatan risiko bagi mereka yang tidak banyak bergerak dapat diimbangi dengan tambahan 15 hingga 30 menit olahraga per hari, atau dengan berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang lebih intens.

Duduk terlalu lama juga dikaitkan dengan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penurunan fungsi ginjal yang lebih tinggi, demikian laporan penelitian tersebut.

Perkantoran dapat berperan dalam memfasilitasi hal ini dengan menyediakan area khusus untuk aktivitas fisik di waktu senggang atau menawarkan aktivitas kelompok yang disponsori perusahaan.

“Secara keseluruhan, temuan kami dari kohort prospektif yang besar ini membantu memperkuat bukti yang semakin banyak yang menghubungkan gaya hidup dan risiko kesehatan," ujarnya.

Temuan penelitian ini dipublikasikan di jurnal Jama Network Open.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan