Bahasa Indonesia di Perbatasan RI-Timor Leste, Dominan Sebagai Warisan Budaya

DOMINAN : Perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Di sini warga dominan menggunakan bahasa Indonesia.-ANTARA FOTO-Jambi Independent

JAKARTA - Kajian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia telah menjadi sarana komunikasi dominan di perbatasan Indonesia-Timor Leste yang memperkuat hubungan kekerabatan dan warisan budaya antara kedua masyarakat.

"Kesamaan latar belakang bahasa, budaya, dan hubungan kekerabatan dengan masyarakat di wilayah perbatasan Timor Leste menjadi alasan utama mengapa bahasa Indonesia masih mendominasi dibandingkan bahasa resmi Timor Leste,” kata Peneliti Pusat Riset Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas BRIN Budi Agung Sudarmanto dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024.

Budi mengatakan penelitian linguistik itu dilakukan di daerah perbatasan Indonesia — Timor Leste yang telah terbit di Jurnal Cogent Arts & Humanities (2023), 10: 2273145 dengan judul The languages on the border of Indonesia and Timor Leste: A linguistic landscape study.

Kajian itu juga dilakukan bersama peneliti dari Universitas Udayana dan Artha Wacana Universitas Kristen Kupang yang menyoroti kontestasi bahasa dan bentuk-bentuk komunikasi yang terjadi di wilayah perbatasan kedua negara.

BACA JUGA:BNI Siapkan Dana Tunai Rp2,26 T, Hadapi Lebaran

BACA JUGA:3.041 Pengungsi Kembali ke Rumah, Banjir di Kudus

"Penelitian linguistik lanskap di wilayah perbatasan ini menjadi penting untuk dikaji karena tidak hanya berkaitan dengan bahasa tetapi juga politik, kebijakan, masyarakat, dan identitas,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa bahasa daerah ditemukan, namun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada ranah ruang publik penggunaan dwi bahasa lebih banyak dibandingkan dengan yang monolingual. Sedangkan, penggunaan multi bahasa lebih banyak ditemukan pada iklan yang menggambarkan promosi atas barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.

Budi menjelaskan bahwa penelitian itu merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan dan menganalisis data dengan rinci dan mendalam. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat delapan bahasa di ruang publik, yaitu bahasa Indonesia, Inggris, Tetun, Dawan, Melayu Kupang, Kemak, Arab, dan Portugis. Bahasa yang ditampilkan di ruang publik berbentuk monolingual, bilingual, dan multilingual.

BACA JUGA:Apa Itu Perayaan Kamis Putih Jelang Hari Paskah Minggu Esok?

BACA JUGA:Keren, Cinta Laura Terpilih Jadi Duta Komunikasi 10th World Water Forum

BRIN melakukan observasi di kota Kefamenanu dan Atambua sebagai ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Hal itu didasari pertimbangan letak strategis kedua kota tersebut sebagai kota terdekat di kawasan perbatasan Indonesia – Timor Leste. Kedua kota tersebut merepresentasikan keragaman sosial, etnis, agama, ekonomi, dan juga bahasa di kedua negara.

Tag
Share