JAMBIKORAN.COM - Novel Di Anak Savana merupakan karya Tere Liye yang kesekian, termasuk Serial Anak-anak Nusantara. Novel ini menceritakan tentang Wanga dan teman-temannya. Bermain di Savana, melihat pemuda desa mereka berkuda dan berlatih untuk perlombaan.
Wanga adalah anak tunggal, kisah ini diceritakan ketika ia masih kelas 5 SD. Setiap harinya keseharian Wanga adalah sekolah, bermain bersama temannya, menolong Bapak dan Mamak di ladang, sholat di masjid dan mengaji saat malam hari di rumah Tuan Guru.
Pernah suatu hari Kampung Dopu digegerkan dengan sapi para warga yang hilang. Tak hanya satu ekor atau satu warga saja yang kehilangan, kejadian tersebut terus berulang setelah beberapa saat adem ayem.
Para warga terus mencari, namun hasilnya nihil. Tidak ada yang tahu kemana hilangnya sapi-sapi mereka. Wanga dan teman-temannya, membuat konspirasi kapan akan terjadi penculikan sapi. Namun hak tersebut tidak terjadi sesuai dugaan mereka.
BACA JUGA:Suzanne Collins Umumkan Novel Baru 'Sunrise on the Reaping' dalam Seri 'Hunger Games'
BACA JUGA:Komet Minor, Novel Ketujuh Tere Liye Series Bumi dengan Ending yang Menegangkan dan Memuskan!
Salah satu warga yang kehilangan sapinya adalah Wak Ede. Ia hidup sendirian, rumahnya sering menjadi tempat anak-anak bermain, terutama Wanga dan teman-temannya.
Sejak kehilangan sapinya, Wak Ede tidak pernah senyum dan ceria lagi. Hingga suatu saat, ketika Wak Ede datang menemui dan bertanya ke rumah salah satu teman Wanga, yaitu Muanah.
Ia mengatakan kepada seluruh teman kelasnya, bahwa malam itu Wak Ede sempat ke rumah dan berpesan kepada Bapaknya tentang anak-anak kampung. Terutama Wanga, Sedo, Rantu, Bidal, yang sering bermain ke rumah.
Wak Ede mengatakan bahwa anak-anak di Kampung Dopu adalah tanggung jawab warga kampung, karakter mereka dan pengetahuan mereka juga tanggung jawab seluruh kampung. Mengajari mereka, lewat sikap, tutur kata, sopan santun, dan lainnya. Malam itu Wak Ede terlihat murung.
BACA JUGA:Komet, Novel Tere Liye Keenam Series Bumi dengan Alur yang Menegangkan
BACA JUGA:Ceros dan Batozar Novel Kelima Tere Liye, Series Bumi Terdapat Dua Cerita Berbeda (part 2)
Setelah malam itu, Wak Ede membuat surat bahwa ia pergi meninggalkan Kampung Dopu. Sontak riuh satu kampung mencari Wak Ede. Bertanya kepada kerabat Wak Ede di kampung lain. Nihil, tidak ada jejak Wak Ede.
Wanga dan teman-temannya terlihat sedih, mereka diperintahkan Tuan Guru untuk membersihkan rumah Wak Ede setiap hari. Jaga-jaga jika Wak Ede kembali pulang.
Berminggu-minggu lamanya, kesedihan itu tidak sepekat kemarin. Wanga dan teman-temannya lebih sering berpetualang, mengangkut air dari lubuk di atas lereng yang jauh ketika musim kemarau. Hal itu mereka lakukan setiap hari, sebelum subuh dan sore hari.