Total 15 gol dan tiga asis musim ini menjadi bukti kematangan Calhanoglu di Inter yang musim ini akhirnya ia merasakan Scudetto, sesuatu yang sebelumnya belum ia rasakan dan terus menghantuinya karena klub yang ditinggalkannya pada musim 2021/2022 yaitu rival sekota AC Milan mengangkat trofi Liga Italia pada musim yang sama.
Sejak itu, ia sempat dicap “pengkhianat” oleh Milanisti sebelum akhirnya pada musim ini ia membuktikan kepindahannya ke warna biru hitam adalah jalan yang tepat.
BACA JUGA:Hakim Masih Pertimbangkan, Bukti Putusan Terdakwa Korupsi Stadion Pandu Pelindo Ditunda
BACA JUGA:Resmi, Paulo Fonseca jadi Pelatih Baru AC Milan
Momen ini semakin mendewasakan Calhanoglu sebagai seorang pesepak bola. Dan hal ini tentu akan sangat berguna bagi negara berjuluk Ay-Yildizlilar (bintang bulan sabit) ini di pergelaran Piala Eropa 2024 untuk melangkah lebih jauh, setidaknya untuk lolos dari fase grup terlebih dahulu.
Celakanya, Ceko dan Turki akan saling bersua pada laga terakhir penyisihan grup tepatnya pada Kamis, 27 Juni pukul 02.00 WIB di Volksparkstadion, Hamburg, sehingga tensi laga ini diprediksi akan berlangsung sengit karena memperebutkan tiket lolos dari fase grup.
Laga hidup mati akan tersaji dan siapa yang dinaunhi keberuntungan akan melaju ke babak selanjutnya, entah sebagai runner-up grup atau menjadi salah satu tim dari empat peringkat tiga terbaik.
Georgia menjadi satu-satunya tim debutan di Piala Eropa 2024 setelah melalui perjuangan babak play-off menyingkirkan juara edisi 2004 Yunani.
Di Piala Eropa 2024, Georgia berada di Grup F, bersama juara edisi 2016 Portugal, Republik Ceko, dan Turki.
BACA JUGA:Bingung Pilih Tempat Liburan? Ini Tips nya Sesuai Zodiak
BACA JUGA:Pemerintah Sebut Beberapa Jenis Pekerjaan yang Akan Digantikan Oleh AI
Georgia merupakan negara peringkat dunia terendah di Grup F yaitu peringkat 75 dunia, di bawah Turki di peringkat 40 dunia, di bawah Republik Ceko di peringkat 36 dunia, dan Portugal di peringkat enam dunia.
Di atas kertas, grup itu merupakan grup sulit bagi Georgia yang diasuh legenda Bayern Muenchen Willy Sagnol.
Namun, sepak bola bukanlah matematika yang bisa ditebak karena selalu menyajikan kejutan indah di dalamnya.
Di bawah asuhan pelatih Willy Sagnol, Georgia memainkan formasi tergantung level permainan lawannya.
Apabila lawan adalah negara besar, Georgia memainkan formasi 5-3-2 dan apabila lawan memilik kekuatan setara, mereka akan memainkan formasi 3-5-2.