“Terutama jika kami perlu menyerap likuiditas dari pasar melalui instrumen pasar modal. Langkah ini sifatnya lebih ke antisipatif dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi makro dan juga kebutuhan likuiditas,” kata Novita.
BACA JUGA:Analis Kebijakan Bantu Wujudkan Layanan Publik Inovatif
BACA JUGA:Tips Ampuh Menghilangkan Bau Badan dengan Mudah
Sebagai tambahan informasi, merujuk pada informasi di halaman website BSI, BNI menjadi pemegang saham BRIS mayoritas kedua dengan porsi sebesar 23,24 persen.
Sementara Bank Mandiri menjadi pemegang saham terbesar dengan porsi sebesar 51,47 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memegang saham 15,38 persen. Adapun porsi kepemilikan publik atas saham BSI sebesar 9,91 persen.
Wacana BNI untuk melepas saham BRIS telah dikabarkan sejak tahun 2023. Selain BNI, ada BRI yang dikabarkan akan melepas saham BRIS.
Pada Februari 2024, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, pihaknya telah menyiapkan opsi untuk divestasi saham BRI dan BNI di BSI, salah satunya terkoneksi dengan tabungan emas.
BACA JUGA:Tim Jatanras Polresta Jambi Amankan Dua Pelaku Judi Togel di 2 TKP
BACA JUGA:Turnamen Mini Soccer Pemkot Jambi Selesai, Tim Bank 9 Keluar sebagai Juara
"Ada dua opsinya, satu cari strategic partner, kedua kita me-link dengan tabungan emas," ujar Erick pada saat itu.
Erick mengatakan Kementerian BUMN belum memiliki opsi untuk melepas saham BRI dan BNI di BSI kepada publik. Dia menginginkan BSI bisa mendapat mitra yang strategis, sehingga mampu meningkatkan daya saing dan masuk dalam 10 bank syariah terbesar di dunia. (ANTARA)