Cuaca mendung menyelimuti siang hari pada hari jumat 2023 di Kota Bayung Lencir, nampak hujan akan segera turun dan tidak ada firasat akan terjadi hal buruk pada hari itu, angin bertiup dengan sejuk serta cuaca mendung yang menghilangkan cuaca terik pada siang hari pada saat itu.
Ketika Rio ingin mengambil makan, ia terpikir sejenak akan adik perempuan nya, apakah hari ini dia pulang cepat atau pulang tetap sore pada pukul 16.00 WIB? Karena terkadang pada hari jumat beberapa sekolah mempercepat mengakhiri jam pelajaran nya. Lalu, ia bergegas mengambil HP sang ibu untuk melihat informasi di grup kelas adiknya.
“Mak, boleh Rio lihat hp bentar?” ujar rio sambil memohon izin kepada sang ibu.
“Untuk apa?” jawab sang ibu
“Untuk liat informasi apakah adik pulang awal atau tetap fullday,” ujar nya lagi.
Sang ibu memberikan Handphone nya, dan rio terkejut serta terdiam setelah melihat foto di dalam grup para warga di hp sang ibu saat itu!
“Loh mak, ini ada orang kecelakaan,” Rio merenung kaget setelah melihat informasi itu.
“Siapa? Apa ada yang mengenalnya?” ujar sang ibu dengan nada terkejut.
Rio tersontak kaget setelah melihat foto motor yang rusak di dalam foto itu, karena ia ingat bahwa teman dekatnya yang bernama Satriya juga mempunyai motor yang sama dengan foto di dalam pesan itu.
“Mak, ini seperti motor temenku, satriya!” dengan nada panik dan bergetar lemas.
“Hah? Satriya? Anak seberang itu?” Ya Satriya adalah anak yang tinggal di daerah seberang Sungai Lalan di Bayung Lencir dan ibu mengenalnya.
“Iya mak, ini persis seperti motornya, tapi nggak mungkin mak, biar aku chat terlebih dahulu.”
Rio dengan panik dan lemas menuju kamar untuk mengambil handphone nya, dengan bergegas ia pun mengirimkan pesan WhatsApp dengan teman dekatnya itu, dan ya benar saja pesan itu terkirim dengan ceklis dua, yang berarti online.
Pesan dikirim :
“satt? Kamu oke kan”
“sat, baik baik saja kan”
“ohh centang dua berarti gapapa”
Rasa cemas itu belum berakhir, dan akhirnya rio memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, karena saat itu posisinya rio baru saja selesai sholat jumat, dengan seperti biasa rio tidak bisa jika makan tidak menonton film ataupun menonton gameplay, dan benar saja saat sedang makan sang ibu berteriak dengan keras memanggilnya!
“Mas rio, mass, Rioo....” suara kencang dan bergetar, setelah sang ibu pulang dari rumah tetangga.
“Apa mak!” balasnya dengan nada terkejut dengan teriakan sang ibu.
“Ituu, temanmuuu,” dengan nada tersendat yang panik.
Teriakan ibu semakin membuat rio panik dan penasaran dengan apa yang ingin disampaikan sang ibu!
“Apa mak? Kenapa temenku???” dengan nada panik dan penasaran akan jawaban sang ibu.
“Ternyata firasatmu bener! Yang kecelakaan tadi bener bener temanmu, Satriya!” kata sang ibu dengan nada kencang.
Benar saja, berita yang sangat buruk pada saat itu, kaki bergetar, badan lemas, mata berair, seakan semuanya tak disangka akan terjadi, seakan hal itu hanya mimpi, tak merasa percaya rio pun membuka HP nya. Dan benar saja notifikasi grup kelas menjadi yang teratas pada saat itu oleh anak XI MIPA 2, semuanya masih bertanya – tanya, apakah ini benar atau hanya berita bohong semata.
Pesan WhatsApp saat itu :
Bimo : gays, doain satriya ya, dia sudah ga ada...
Nadia : jadi bener yang kecelakaan yang aku denger itu bener bener satriya?
Bella : apa si bim? Ga lucu, gausah bercanda
Esti : ternyata bener gais, aku sudah dapat konfirmasi dari anak kelas IPS 4
Aby : aku dapet informasi itu lebih awal, tapi aku ga yakin itu satriya, tapi ternyata?
Bimo : Kita gabisa ngelawan takdir gais, semuanya sudah terjadi, satriya emg sudah gaada
Sini gais ke RS, kita lihat Almarhum untuk terakhir kalinya.
Bella : Bim bagaimana ini, aku gabisa dateng, aku sudah di Palembang
Loryan : Doain dari jauh bagi teman – teman yang sudah ngga di Bayung lagi ya...
Bergetar dan lemas, ingin menangis tapi rasanya terlalu lemah, dengan nada lembut dan pasrah rio mengatakan sesuatu pada ibunya.
“Mak, bener saja, ternyata memang teman dekatku yang meninggal” ucapnya sambil memegang tangan sang ibu.
“Inalillahi wainaillahi rajiun, yang sabar ya anak” ujar sang ibu sambil memeluknya.
Tangisnya pecah, matanya berlinang, makanan nya tak sempat habis, rio menangis dengan memeluk sang ibu, dan ibunya berkata...
“Nak, hidup ini ga ada yang tahu, kita cuman bisa berserah diri sama Allah, mungkin ini sudah takdirnya satriya, sekarang kamu siap – siap, kamu pergi ke rumah sakit dan antar dia kerumahnya” ucap sang ibu sambil menatap matanya yang sedih dan berlinang air mata.
Dengan lemas Rio bersiap dan memakai baju hitam, ia pun berangkat dan menghampiri teman lainya yaitu Dimas yang masih ditempat kerjanya. Dan benar saja saat dijalan mendung semakin gelap, angin bertiup kencang, tanda hujan akan turun, mungkin ini rahmat yang diberikan Allah untuk Satriya.
“Loh yo, kenapa kamu kesini, ke tempat kerjaku?” ujar Dimas yang tak tahu apapun akan hal yang terjadi saat itu.
“Mas, kamu serius gatau berita ini?” ujar Rio dengan menatap Dimas.
“Berita apa, Yo? HP ku di dalam, aku juga bekerja di luar ruangan” jawab Dimas bingung.
“Pantes aku chat kamu ga ada kamu bales,” dengan nada sedikit kecewa.
“Serius Yo, ada apa?” ucap Dimas semakin bingung.
Rio pun memberitahu akan hal yang terjadi terhadap teman dekat mereka.
“Satriya dimm” dengan nada rendah.
“Oh Satriya, kenapa dia? Kemaren dia ngajak kita buat nyate kann?” ujar dimas yang tidak tahu apa – apa.
“Keknya kita gabisa ngadain acara lagi sama dia deh Dim,” jawab Rio
Dimas semakin bingung dan bertanya – tanya dengan Rio.
“Apa si Yo? Ngomong saja, aku lagi sibuk ini” tanya Dimas dengan sedikit emosi.
“Satriya sudah gaada, dia kecelakaan, dan dia ada di RSUD sekarang” jawab Rio kencang dan cepat.
“Satriya siapa? Gausah bohong, galucu” jawab dimas.
“Satriya teman kita! Satriya kelas kita!” jawab rio lagi.
Dimas terdiam dan sepi sejenak, ia pun bergegas meminta izin dengan sang bos untuk menuju ke RSUD sejenak untuk menjenguk sang teman dekat bersama Rio.
“Cepat! Kita berangkat sekarang,” nada keras dimas untuk segera bergegas ke Rumah Sakit.
Mendung gelap pada siang hari itu tak hanya menyelimuti langit Kota yang dikenal akan kekayaan alam itu, namun hujan dengan intensitas lebat juga mengguyur basah jalanan Kota, serta membasahi Dimas dan Rio yang sedang menuju ke RSUD.
“Mass, hujan ini, apa kita berhenti dulu, ya,” ucap Rio di atas motor.
“Ga usah Yo, ini sudah dekat sama RS terabas saja hujan nya,” jawab Dimas dengan pertanyaan Rio.
Bahkan saat sudah sampai Rumah Sakit, hujan masih mengguyur dengan lebat dan akan tak akan berhenti dalam waktu dekat.
“Dim, tahu nggak ruangan mayat nya dimana?” tanya rio dengan Dimas.
“setau aku ada di ujung paling belakang rumah sakit ini Yo,” jawab Dimas.
Mereka berdua pun berjalan dengan cepat mengarah ke Kamar Mayat yang berada di titik terujung Rumah Sakit yang besar itu. Dengan menatap ke arah yang sama mereka berdua melihat teman teman mereka sudah berada disana dan mereka pun menjumpainya.
“Bim, ini serius?” tanya rio setelah menghampiri salah satu teman nya yang bernama bimo.
“Iya Yo, sabar ya,” sambil saling menguatkan diri.
Dengan ragu, Rio dan temannya mengarah ke kamar mayat untuk menemui sang sahabat. Benar saja itu memang jasad sang teman yang bersimpah darah dibagian kepala. Mayat diangkat ke dalam mobil Ambulance dan dibawa ke kediaman, secara tak sengaja Rio bertemu dengan sang ayah almarhum dan menyaliminya.
“Pak, yang sabar ya,” ujar rio sambil memegang tangan sang ayah almarhum.
“Iya anak, maafin ya kalau selama ini almarhum banyak salahnya,” sambil memeluk tubuh Rio dan mengelus nya.
“Ngga pak, Satriya baik, dia teman yang pengertian, gamau liat teman nya susah, pokoknya dia ga ada salah sama aku pak,” jawab Rio dalam pelukan itu.
Hujan sudah berlalu, cuaca masih dalam keadaan mendung walaupun hujan tak lagi turun, jenazah sang sahabat di semayamkan malam itu juga. Semuanya telah berlalu, semua kenangan itu masih teringat jelas, menangis dimalam hari, sholat dan mendoakan nya. Semuanya seakan mimpi, rasanya baru saja Rio akan bermain bersama dengan nya, tapi semua itu belum sempat terkabul dan semuanya berakhir dengan kisah yang menyedihkan. Saat pengambilan Ijaza pun terassa ada hal yang kurang, karena kita semuanya kehilangan Personil yang paling heboh di antara kita. (*)
Oleh : Rio Kurniawan.
Penulis adalah Mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Jambi.