Katolik Kristen

Selasa 17 Sep 2024 - 20:48 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Rizal Zebua

SiTUMORANG kini tidak hanya terkenal karena lagu SiTUMORANG begitu populer. Marga SiTUMORANG kini tercatat dan diingat sebagai pembangun patung Yesus tertinggi di dunia.


Nama-nama seperti Sudung Situmorang dan atau Daulat Situmorang melekat di patung itu. Keduanya termasuk  pemrakarsa patung yang dibangun di Sibeabea itu:  di Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.


Begitu pentingnya patung yang mereka bangun sampai Paus Fransiskus berkenan meresmikannya. Yakni saat Sri Paus berkunjung ke Indoneeia pekan lalu. Peresmiannya dilakukan di kedutaan  Vatikan di Jakarta.

BACA JUGA:Pj Bupati Hadiri Apel Besar Hari Pramuka ke-63 Tingkat Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2024

BACA JUGA:Sita BB Sabu Seberat 5,82 Gram 3 Warga Mandiangin Diamankan Polisi


Tentu orang Samosir ingin Sri Paus datang ke Sibeabea. Tapi Anda sudah tahu: usia beliau sudah 87 tahun. Pakai kursi roda. Anda juga sudah tahu di mana itu Sibeabea: di balik Pulau Samosir --kalau Anda melihatnya dari arah Medan.


Jalan tercepat mencapai Sibeabea ada dua. Lewat Medan dan Silangit.
Dari Medan naik mobil ke Danau Toba. Dua jam. Medan-Siantar sudah jalan tol. Siantar-Toba pakai jalan lama.


Begitu jalan raya mentok di danau Toba Anda belok kiri. Ke arah Parapat. Sampai di Tiga Raja Anda berhenti. Ada kapal fery di situ. Mobil Anda bisa dinaikkan fery. Mengarungi danau toba. Ke arah pulau Samosir di seberang sana.


Tibalah Anda di Ambarita, di pantai Pulau Samosir. Mobil  Anda bawa turun. Dari Ambarita kembali naik mobil: menyusuri pantai pulau Samosir. Ikut lengkungan di ujung utara pulau. Lalu memutar ke arah selatan dan timur.
Anda tidak akan bosan. Inilah saatnya Anda menikmati indahnya menyusuri pantai Danau Toba yang tenang.

Udaranya selalu sejuk. Sepanjang tahun.
Sampai Bolon Pangururan, di sisi barat pulau Samosir, Anda tidak perlu menyeberang lagi. Dari pulau Samosir kini sudah ada jembatan. Itulah jembatan yang menyatukan pulau Samosir dengan daratan Tapanuli di seberang pulau.


Jembatannya sendiri kini jadi objek wisata kebangaan orang Samosir. Mereka tidak membayangkan akan ada jembatan modern nun di pedalaman Samosir. Baru. Melengkung di atas selat Tano Ponggol. Itulah selat antara Samosir dan daratan Tapanuli yang paling sempit.


Jembatan itu panjangnya 350 meter. Berpilar tiga. Tinggi Warna merah. Di bagian atas sana tiga pilar itu menyatu: jadi pegangan kabel-kabel baja.
Jembatannya sendiri berada di sela-sela ’’paha’’ pilar itu. Bentang terpanjangnya 90 meter. Kapal bisa tetap lewat di bawahnya. Arsitektur jembatan itu modern. Tiga pilar yang menyatu tinggi itu menjadi icon tersendiri.
Nama Presiden Jokowi abadi melekat di jembatan itu.


Tiba di jembatan ini berarti Sibeabea tidak jauh lagi. Sibeabea sudah di depan mata.
Sibeabea adalah kampung halaman Sudung Sitomorang. Juga kampung halaman Daulat Situmorang. Rumah mereka berdekatan. Keduanya memang masih sepupu --Sudung memanggil Daulat sebagai paman.


Untuk mencapai Sibeabea, Anda juga bisa terbang dari Jakarta. Langsung ke Bandara Silangit di Siborongborong. Lalu naik mobil sejauh 2,5 jam menuju arah Humbang Hasundutan. Ada pertigaan menuju Sibeabea.
Dari desa itu Sudung merantau ke Medan. Lalu ke Jakarta. Pun Daulat. Dari Sibeabea menuju Medan. Lalu ke Bandung.
Kampung itu memang tidak subur. Bahkan bukit yang jadi lokasi patung sangat tandus. Berbatu. Tidak bisa jadi lahan pertanian. Singkong pun, tanaman tradisional sumber hidup mereka, tidak bisa ditanam di bukit itu.


Sudung jadi sarjana hukum di Universitas Indonesia (UI). S-2 nya pun di bidang hukum. Lalu jadi jaksa. Jadi orang terpandang. Pernah menjadi  kepala Kejaksaan Tinggi, Jakarta.
Di Bandung, Daulat jadi insinyur. Arsitek. Lulusan ITB. Lalu jadi pegawai negeri. Daulat bekerja di PU Sumut di Medan. Sudah lama pensiun. Seumur saya: 73 tahun.

Kategori :

Terkait

Selasa 17 Sep 2024 - 20:48 WIB

Katolik Kristen