JAKARTA – Indonesia kini memiliki alat hemodialisa (HD) atau dialyzer buatan dalam negeri yang diberi nama RenaCare. Alat cuci darah ini diproduksi oleh PT Kalbe Farma Tbk melalui anak perusahaannya, PT Forsta Kalmedic Global (Forsta).
Dengan hadirnya RenaCare, Indonesia kini menjadi negara kedua di ASEAN setelah Malaysia yang mampu memproduksi alat cuci darah secara lokal.
“Kami sangat bangga Indonesia akhirnya bisa memiliki dialyzer yang dapat mendukung pasien cuci darah. Malaysia sudah bisa, kenapa Indonesia tidak?” ujar Direktur PT Forsta Kalmedic Global, Yvone Astri Della Sijabat, di Jakarta.
Yvone menjelaskan bahwa sebelum RenaCare, Indonesia masih bergantung pada impor alat cuci darah dari negara-negara seperti China, Jepang, hingga Eropa.
BACA JUGA:Jelang Nataru, Bapanas Pastikan Stok Pangan Tercukupi
BACA JUGA:New Honda Scoopy Totally Unique Hadir di Jambi, Sinsen Ajak Jurnalis Bedah Teknologinya
Dengan adanya fasilitas produksi dialyzer pertama di Indonesia, Forsta kini menjadi pionir dalam industri kesehatan lokal, sekaligus mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan kedua di ASEAN yang memiliki fasilitas produksi dialyzer.
RenaCare, yang merupakan hasil transfer teknologi dari Italia, diluncurkan di ajang bergengsi MEDICA di Jerman. Dialyzer ini juga mendapat Penghargaan Karya Anak Bangsa dari Kementerian Kesehatan Indonesia atas keberhasilannya sebagai Fasilitas Produksi Dialyzer Pertama di Indonesia.
Saat ini, produksi RenaCare sudah menggunakan lebih dari 40 persen komponen lokal, dengan sertifikasi Cara Pembuatan Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dari Kementerian Kesehatan.
RenaCare saat ini sedang dalam proses seeding atau distribusi ke beberapa fasilitas kesehatan di kawasan Jakarta, sebelum memasuki tahap komersialisasi.
Hemodialisa, atau cuci darah, merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh pasien gagal ginjal kronis pada tahap 5 (End Stage Renal Disease), yaitu ketika fungsi ginjal sudah sangat rendah atau kurang dari 15 persen. Prosedur ini melibatkan penggunaan mesin dialisis dan dialyzer untuk membersihkan darah pasien.
BACA JUGA: Juventus Hajar Cagliari 4-0
BACA JUGA:Yuliawati Minta Keringanan Hukuman, Pembelaan Ketua Komite SMAN 2 Tanjab Barat
Dialyzer merupakan bahan habis pakai yang sangat penting dalam prosedur hemodialisa. Di Indonesia, sekitar 99 persen pasien cuci darah dijamin oleh BPJS Kesehatan, dan kebutuhan akan layanan hemodialisa terus meningkat setiap tahunnya.
Dari 267 juta penduduk Indonesia, sekitar 1,5 juta orang menderita gagal ginjal kronis, dengan 159.000 orang menjalani cuci darah.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, biaya cuci darah merupakan pengeluaran terbesar keempat pada anggaran BPJS, dengan estimasi pengeluaran tahun 2023 mencapai Rp2,9 triliun. Selain itu, sebanyak 85 persen pasien cuci darah berada di rentang usia produktif, yang berdampak signifikan pada aspek sosial dan ekonomi jika kualitas hidup pasien gagal ginjal tidak terjaga.