Gaikindo Optimis Industri Otomotif Indonesia Tetap Tumbuh di 2025

Rabu 08 Jan 2025 - 12:00 WIB
Reporter : Antara
Editor : Finarman

JAKARTA  – Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyatakan optimisme bahwa industri otomotif Indonesia tetap akan tumbuh meskipun ada kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen. Menurutnya, kenaikan PPN bukanlah hal baru karena sebelumnya sudah terjadi perubahan tarif PPN dari 10 persen menjadi 11 persen, dan kini menjadi 12 persen.

"Saya optimis industri otomotif tetap tumbuh karena kenaikan pajak serupa sudah pernah terjadi sebelumnya, sehingga tidak perlu dikhawatirkan," kata Jongkie kepada ANTARA, Senin (6/1).

Gaikindo menilai pertumbuhan industri otomotif Indonesia tetap berada pada jalurnya dan terus menunjukkan hasil positif.

Optimisme tersebut semakin diperkuat dengan kebijakan insentif fiskal yang diberikan pemerintah, berupa potongan pajak tiga persen untuk pembelian kendaraan jenis hybrid (HEV) yang diterapkan di awal tahun 2025.

BACA JUGA:11 Daftar Harga HP Samsung Terbaru 2025, Dijamin Murah dan Berkualitas

BACA JUGA:Cara Mudah Mengecek Keaslian Madu di Rumah, Simak Tips Berikut

Selain itu, pemerintah juga terus berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan industri otomotif dengan kebijakan insentif untuk kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).

Insentif PPN DTP (Dipotong Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10 persen untuk impor mobil listrik completely knocked down (CKD) dan PPnBM DTP untuk mobil listrik impor baik CBU (completely built up) maupun CKD yang sebesar 15 persen, serta pembebasan bea masuk impor untuk mobil listrik CBU, menjadi langkah positif yang diapresiasi Gaikindo.

Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nangoi, mengatakan bahwa kebijakan insentif bagi kendaraan hybrid dan listrik tersebut diharapkan dapat memulihkan dan menggairahkan kembali industri kendaraan bermotor di Indonesia.

"Keluarnya kebijakan insentif dari Pemerintah bagi kendaraan hybrid, merupakan berita baik yang diharapkan mampu memulihkan dan menggairahkan kembali industri kendaraan bermotor Indonesia,” ujarnya.

BACA JUGA:Polisi Amankan Ratusan Liter Minyak Mentah Pasca Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Senami

BACA JUGA:Dinar Candy Langsung Transfer ke Rekening Fico Fachriza

Insentif fiskal untuk kendaraan BEV dan HEV sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendukung bauran kendaraan bermotor yang rendah emisi dan hemat bahan bakar atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV).

Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta mendukung pencapaian target karbon netral pada tahun 2060.

Gabungan penjualan kendaraan BEV dan HEV sepanjang Januari hingga November 2024 telah berhasil meraih pangsa pasar sebesar 11,6 persen, sebuah pencapaian yang menggembirakan.

Kebijakan insentif untuk kendaraan ramah lingkungan ini diyakini akan meningkatkan daya saing dan penetrasi kendaraan tersebut di pasar otomotif Indonesia.

BACA JUGA:Chelsea Siapkan Duet Gemilang: Omar Marmoush dan Cole Palmer

BACA JUGA:Manchester United Pertimbangkan Pertukaran Rashford dengan Victor Osimhen

Sementara itu, pakar otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengingatkan Gaikindo untuk lebih aktif mensosialisasikan manfaat kendaraan ramah lingkungan kepada konsumen. Selain itu, ia juga mendorong produsen untuk meningkatkan produksi serta variasi model HEV dan BEV yang lebih terjangkau.

“Gaikindo perlu segera berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan opsen PKB dan BBNKB yang variatif di setiap daerah agar tidak memberatkan beban biaya pada konsumen,” ujarnya. (*)

Kategori :