MUARASABAK - Sebelum meluasnya perkebunan kelapa sawit seperti saat ini, dahulunya Kabupaten Tanjab Timur bisa dikatakan sebagai centra perkebunan kelapa dalam yang banyak mensuplay kebutuhan dasar dari buah memiliki banyak manfaat tersebut ke sejumlah wilayah.
Bahkan, kualitas baik dari buah kelapa dalam yang dihasilkan dari kabupaten ini sudah terkenal hingga ke luar Sumatera bahkan memiliki pasar tersendiri hingga negara tetangga.
Akibat kondisi harga jual dari buah kelapa dalam di Kabupaten Tanjab Timur ini terbilang belum stabil, tidak jarang sebagai masyarakat memiliki mengganti perkebunan kelapa dalam mereka menjadi perkebunan kelapa sawit.
Meski demikian, salah satu komoditi unggulan perkebunan di Kabupaten Tanjab Timur ini masih terus dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat setempat sebagai sumber perekonomian dari penjualan kelapa dalam tersebut.
BACA JUGA:Kemenag Jambi Gandeng Pemprov Siapkan Sertifikat Halal Gratis Bagi UMKM Jambi
BACA JUGA:Kantor Disperindag dan ULP Tebo Digeledah, 2 Unit Laptop Disita
Hendra, salah satu petani kelapa dalam asal Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjab Timur ini salah satunya. Meski kerap merasakan kurang stabilnya harga jual kelapa dalam ini, dirinya tetap fokus dalam mengelola kebun miliknya.
Ia mengatakan, selain masih belum stabilnya harga jual kelapa dalam ini, terkadang petani juga harus dibenturkan oleh kondisi produksi buah yang menurut secara drastis atau yang biasa disebut ngetrek.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi lingkungan dan usia tanaman. Ketika kebun kelapa mengalami ngetrek, petani mengalami penurunan hasil panen yang signifikan, yang berdampak pada pendapatan mereka.
"Ada beberapa faktor bang yang buat buah kelapa ini ngetrek. Seperti perubahan musim, kekeringan atau banjir yang dapat mempengaruhi produksi buah," ucapnya.
"Selain itu, tanaman kelapa sawit yang sudah tua atau mencapai puncak produksinya cenderung mengalami penurunan hasil panen," tambahnya.
Lebih lanjut dirinya menyebutkan, dalam satu tahun, buah kelapa dalam ini hanya bisa dipanen sebanyak 3 sampai 4 kali.
"Kalau sudah di panen, kita harus nunggu lagi 3 sampai 4 bulan baru bisa panen lagi bang. Karena nunggu buah selanjutnya mulai tua dulu," sebutnya.
Saat ini untuk harga jual buah kelapa dalam berkisar diangka Rp 4.300 perkilonya. Sebelumnya, yakni sekitar 3 bulan yang lalu, harga jualnya masih cukup tinggi, yakni Rp 6.800 perkilonya.
"Kalau kita jual ke toke itu lebih murah lagi, cuman Rp 4.100 perkilonya. Tapi kalau kita jual langsung ke kapal, itu dihargai Rp 4.300 perkilonya," ujarnya.