MUARABUNGO - Dua dusun di Kecamatan Jujuhan Ilir, Kabupaten Bungo, yakni Dusun Sari Mulya dan Dusun Bukit Sari, terkenal memiliki lahan cetak sawah seluas lebih dari 720 hektare.
Petani yang menggarap lahan ini berhasil menghasilkan ratusan hingga ribuan ton gabah, bahkan telah memegang hak paten atas produksi beras asli dari daerah ini.
Namun ironisnya, beras produksi Sari Mulya dan Bukit Sari belum bisa menjadi andalan beras untuk daerah mereka sendiri.
Banyak warga di wilayah ini masih harus membeli beras dari daerah Dharmasraya. Lebih mengejutkan lagi, sebagian beras yang dibeli dari Dharmasraya ternyata berasal dari hasil gabah petani di Sari Mulya dan Bukit Sari.
BACA JUGA:Tunggu Penarikan Data Final BKN
BACA JUGA:Rudakpaksa Keponakan Selama Bertahun–tahun
Suroto, seorang petani di dusun Sari Mulya, menyatakan, saat ini mereka menjual gabah ke Dharmasraya karena di Bungo tidak ada yang membeli.
“Kami menjual gabah seharga Rp6 ribu per kilogram, sementara beras harus kami beli kembali dengan harga Rp15 ribu per kilogramnya dari Dharmasraya," jelasnya.
Larto, seorang warga lainnya menambahkan, berharap pemerintah daerah Kabupaten Bungo dapat mendukung petani lokal dengan membeli gabah mereka.
“Ini akan membantu beras hasil produksi lokal menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan di kabupaten kita sendiri, dan tidak perlu lagi mengandalkan beras dari daerah lain," bebernya.
BACA JUGA:Rampok Beraksi di Siang Bolong
BACA JUGA:H Mukti Dukung Penuh Kinerja KPU dan Banwaslu
Peningkatan dukungan terhadap petani lokal dapat membantu meningkatkan kemandirian pangan di Kabupaten Bungo.
Selain itu, ini juga akan mendukung petani untuk terus menghasilkan beras berkualitas dan mendukung perekonomian lokal.
“Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan ini dan mendukung petani Sari Mulya dan Bukit Sari agar beras mereka dapat menjadi andalan yang berkualitas untuk daerah mereka sendiri,” tutupnya. (mai/zen)