JAMBI, JAMBIKORAN.COM – Penerapan sistem pembayaran parkir non-tunai menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di sejumlah pasar di Kota Jambi mulai menunjukkan berbagai tantangan di lapangan.
Meski program ini dicanangkan untuk mendukung digitalisasi transaksi, sejumlah juru parkir mengaku kesulitan menjalankannya karena belum semua pengguna jasa parkir siap beralih ke metode digital.
Eli Revida, juru parkir di Pasar Aurduri, mengungkapkan bahwa selama dua bulan terakhir dirinya telah menggunakan QRIS dalam pelayanan parkir.
Namun, ia menilai implementasinya justru menyulitkan sebagian pengguna, terutama yang belum terbiasa dengan teknologi.
BACA JUGA:Rossa Store: Tempat Favorit Belanja Langsung Busana Muslimah di Kota Jambi
BACA JUGA:Pasar Hong Kong Jelutung: Pasar Kecil yang Bernuansa Tionghoa di Kota Jambi
“Banyak pengendara yang tidak punya kuota, atau bahkan tidak tahu cara pakai QRIS. Bayar Rp2.000 pakai HP saja sudah bikin repot. Rasanya serba salah, seperti buah simalakama,” keluh Eli.
Ia menambahkan bahwa terdapat target harian dari pihak terkait agar minimal 10 transaksi dilakukan melalui QRIS.
Namun kenyataannya, banyak pengguna masih lebih nyaman dengan pembayaran tunai.
Eli pun berharap ada kelonggaran dalam kebijakan ini agar bisa disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
BACA JUGA:Wali Kota Maulana Dukung Penuh pembangunan Meritokrasi
BACA JUGA:Pasca Kebakaran Pada Rabu Pagi, Wakil Wali Kota Diza Langsung Tinjau SMPN 20 Kota Jambi
Hal serupa disampaikan oleh Untung (33), juru parkir di Pasar Hongkong, yang mengaku telah mencoba sistem pembayaran QRIS selama setahun terakhir.
Meski sudah cukup lama bekerja sebagai juru parkir sejak 2011, ia menyebut sistem digital ini belum berjalan optimal.
“QRIS itu agar ribet, saya sendiri kurang paham teknologi. Mending langsung bayar tunai saja, lebih cepat dan jelas,” ujar Untung.