Wang pun kemudian menjelaskan bahwa kelas ini tidak berfokus untuk membantu mahasiswa menemukan pasangan atau mengajarkan mereka keterampilan dalam menjalin hubungan, tetapi untuk meningkatkan kemampuan perseptual mereka untuk mencintai.
Kelas ini terutama bertujuan untuk membantu mahasiswa membangun perspektif yang sehat tentang hubungan, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengatasi konflik dalam hubungan.
"Mereka harus belajar untuk mencintai diri mereka sendiri terlebih dahulu, baru kemudian mereka dapat mencintai orang lain, keluarga, dan negara mereka," tambah Wang.
BACA JUGA:Nigeria Menembus Final Piala Afrika 2023, Menang Adu Penalti Dramatis Melawan Afrika Selatan
BACA JUGA:Alex Berenguer Bawa Kemenangan untuk Athletic Bilbao
Tim pengajar, termasuk Wang, akan mengintegrasikan psikologi, seni, filsafat, dan hukum ke dalam rancangan pembelajaran dan membimbing mahasiswa melalui pemahaman cinta, hubungan keterikatan, manajemen konflik, dan pemeliharaan hubungan.
Menurut Wang, makna dari mata kuliah cinta tidak terbatas pada mengajarkan mahasiswa bagaimana cara jatuh cinta. Misi yang lebih penting dalam mata kuliah itu adalah bimbingan nilai.
"Jika kebahagiaan mahasiswa saya meningkat setelah mengikuti mata kuliah ini, mereka akan mendapatkan nilai penuh," katanya.
Wang percaya bahwa kemampuan untuk mencintai adalah keterampilan praktis dan tidak dapat dipelajari hanya melalui diskusi teoretis atau latihan di atas kertas. Oleh karena itu, dia memberikan perhatian khusus pada rasa partisipasi dan pengalaman mahasiswa.
Sebagai contoh, untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang bagaimana hubungan keluarga mereka dapat memengaruhi pandangan mereka tentang cinta dan pernikahan, Wang memberikan tugas khusus.
Wang meminta para mahasiswa untuk melakukan percakapan mendalam dengan orang tua mereka mengenai pengalaman paling penting dalam hidup mereka, sifat-sifat yang paling mereka apresiasi dari satu sama lain, dan hal-hal yang paling tidak mereka pahami.
"Beberapa mahasiswa bahkan mengajak orang tua mereka menghadiri kelas bersama," ujar Wang.
Kegiatan semacam itu memperdalam rasa saling memahami antara anak-anak dan orang tua mereka, sehingga memungkinkan kaum muda untuk melakukan refleksi dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang pernikahan dan hubungan keluarga.(*)