Menurut para pendukung sistem 4 hari kerja dalam sepekan, mengurangi 1 hari kerja dalam seminggu akan meningkatkan kesejahteraan dan motivasi pekerja sehingga membuat mereka lebih produktif.
Buhren menambahkan bahwa lonjakan motivasi tersebut juga terlihat di industri yang mengalami kekurangan tenaga terampil atau staf.
"Industri sudah mengalami kekurangan pekerja, hampir menjadi paradoks untuk mengatakan, apakah Anda ingin bekerja lebih sedikit?" kata Buhren.
"Jadi, meskipun perusahaan-perusahaan ini menawarkan cara baru dalam mengerahkan tenaga kerja mereka, hal ini sebenarnya berfungsi sebagai insentif, sebagai branding perusahaan." jelasnya.
"Di sinilah perusahaan meningkatkan nilai merek mereka dan oleh karena itu melihat peningkatan 300 persen dalam lamaran kerja yang dikirimkan kepada mereka." pungkasnya.
Bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit per pekan juga meyakinkan mereka yang tidak bersedia bekerja seminggu penuh untuk memasuki dunia kerja sehingga membantu mengurangi kekurangan tenaga kerja yang saat ini melanda Jerman.
Pada November lalu, Kamar Dagang dan Industri DIHK menyatakan bahwa separuh perusahaan Jerman kesulitan mengisi lowongan kerja.
Ribuan pekerjaan yang tidak terisi menyebabkan kerugian lebih dari 90 miliar euro atau sekitar 1.500 triliun rupiah pada perekonomian Jerman dalam 1 tahun terakhir.
Meskipun tidak jelas apakah pekan kerja yang lebih singkat akan menyelesaikan masalah itu, orang-orang Jerman tampak bersemangat untuk mencobanya.
Survei Forsa menemukan bahwa 71 persen orang yang bekerja di Jerman ingin mempunyai pilihan untuk bekerja 4 hari sepekan.
Lebih dari tiga perempat dari mereka yang disurvei mengatakan mereka mendukung pemerintah untuk mengeksplorasi potensi penerapan 4 hari seminggu.
Di kalangan pengusaha, lebih dari dua dari tiga perusahaan mendukung hal tersebut.(*)