3. Gunakan pernapasan dalam
Meskipun hiperventilasi merupakan gejala serangan panik yang dapat meningkatkan rasa takut, pernapasan dalam dapat mengurangi gejala panik saat serangan.
Dalam sebuah penelitian, yang diterbitkan pada tahun 2017, 40 orang bergabung dalam kelompok terapi yang melibatkan pernapasan dalam atau diafragma atau kelompok kontrol.
Setelah 20 sesi latihan intensif, mereka yang berlatih pernapasan dalam mengalami peningkatan dalam tingkat perhatian dan kesejahteraan emosional.
Ulasan lainnya pada tahun 2018 menemukan bahwa pernapasan lambat dapat memiliki efek serupa.
BACA JUGA:Simak! Ini Dia 5 Tanaman yang Dapat Mengatasi Gejala Diabetes
BACA JUGA:8 Pelaku Setubuhi Remaja Perempuan di Sarolangun, Seorang di Antaranya Anak Anggota DPRD
4. Sadarilah bahwa Anda sedang mengalami serangan panik
Dengan menyadari bahwa Anda mengalami serangan panik dan bukan serangan jantung, Anda dapat mengingatkan diri sendiri bahwa ini hanya sementara, akan berlalu, dan Anda baik-baik saja.
Cobalah untuk mengesampingkan rasa takut bahwa Anda akan mati atau malapetaka yang akan datang, kedua ketakutan tersebut hanyalah gejala serangan panik.
Hal ini memungkinkan Anda untuk fokus pada teknik lain untuk mengurangi gejala Anda.
5. Tutup matamu
Beberapa serangan panik datang dari pemicu yang membuat Anda kewalahan. Jika Anda berada di lingkungan yang serba cepat dengan banyak rangsangan, hal ini dapat memicu serangan panik Anda.
BACA JUGA:Ini Dia Tanaman yang Ampuh Untuk Mengobati Sakit Mata
BACA JUGA:Manfaat Pemanasan Sebelum Olahraga yang Wajib Diketahui
Untuk mengurangi rangsangan, tutup mata Anda selama serangan panik. Ini dapat menghalangi rangsangan tambahan dan memudahkan Anda fokus pada pernapasan.