JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ikut terlibat dalam transisi energi fosil ke energi baru terbarukan di Indonesia melalui studi konversi pembangkit listrik batu bara menjadi nuklir.
"Skema batu bara menjadi nuklir digagas untuk meminimalisir aset yang terbuang dalam transisi energi," kata Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Senin.
Pada 24 April 2024, BRIN bersama PT PLN Nusantara Power yang merupakan anak usaha dari PLN bergerak di bidang pembangkitan listrik telah menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan simulator batu bara menjadi nuklir sekaligus peningkatan kompetensi operator.
Topan berharap kerja sama teknis untuk pengembangan simulator batu bara menjadi nuklir itu kelak dapat meningkatkan kompetensi desain reaktor nuklir BRIN.
BACA JUGA:Catat 5.310 Kasus, Soal Judi dan Kekerasan Seks di Dunia Digital
BACA JUGA:Mendagri Minta Pemda Beri Atensi Terhadap Perkembangan Harga Komoditas
Menurutnya, kolaborasi itu juga dapat menjadi langkah awal persiapan utilisasi energi nuklir dalam kerangka transisi energi untuk menggantikan batu bara.
“Boiler sebagai pembangkit uap dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) digantikan dengan reaktor nuklir yang sama-sama menghasilkan uap. Sedangkan, sistem turbin generator dan sistem terkait lainnya dari PLTU masih bisa dimanfaatkan, bahkan juga jejaring distribusi listriknya,” katanya.
Berdasarkan data Dewan Energi Nasional (DEN) tahun 2023, jumlah bauran batu bara dalam energi primer di Indonesia mencapai 40,46 persen.
Pemerintah memproyeksikan pembangkit listrik tenaga batu bara di negara ini berhenti beroperasi pada tahun 2050 mengikuti komitmen global yang beralih ke sumber energi lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA:Jokowi Perkenalkan Prabowo pada Pemimpin Baru Singapura
BACA JUGA:Komitmen Percepat Investasi di IKN Setelah Pemilu
PLN Nusantara Power mulai menyiapkan sumber daya manusia, menyiapkan kajian teknologi untuk menyongsong era pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sesuai dengan rencana jangka panjang dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) tahun 2032.
Eksekutif Senior Pengembangan Teknologi PLN Nusantara Power Ardi Nugroho mengatakan sinergi PLN Nusantara Power bersama BRIN telah terjalin cukup lama untuk mengkaji feasibility PLTN baik dengan teknologi MMR (micro modular reactor), SMR (small modular reactor) maupun large scale dengan menggunakan konsep floating atau marine based maupun land based.
Melalui kajian pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) PeLUIt-40 bersama BRIN, Ardi berharap pembangkit PLTN Merah Putih dengan kapasitas 10 megawatt yang tepat untuk remote area dapat menggantikan fungsi pembangkit listrik tenaga diesel maupun untuk penghematan pemakaian sendiri pembangkit eksisting. (ANTARA)