Tim Sukses

Dahlan iskan--

Robert berpesan agar saya banyak bergerak di atas pesawat. Disuruh mondar-mandir. Agar tidak terkena deep vein thrombosis. 

Malam sudah pukul 22.00 waktu Tokyo. Begitu naik pesawat sudah waktunya tidur. Maka saya tidak akan mau menunggu makan malam. Lebih baik langsung tewas. 

BACA JUGA:Ruben Onsu Buka Suara Soal Masalah Rumah Tangganya yang Retak Dengan Sarwendah

BACA JUGA:KPU RI Tegaskan Kembali Caleg Terpilih Tidak Wajib Mundur Ikut Pilkada

Saya pilih makan sebelum naik pesawat. Toh di lounge ANA Haneda ini pilihan makanannya banyak sekali. Lounge-nya juga sangat luas. 

Mau pilih di kursi model apa saja ada: model sofa, model kantor, model kursi makan, model bar, kafe semua ada. 

Saya lihat ada jagung manis di prasmanan saladnya. Ini di Jepang. Pasti jagungnya enak. Saya ambil agak banyak. Balas dendam yang di lounge Jakarta. Tambah selada, tomat, timun dan asinan zaitun. Sausnya pilih thousand island. 

Setelah itu masih ambil nasi dibungkus rumput laut goreng. Lalu sushi. Ayam goreng. Daging burger. Terakhir ambil nasi putih di mesin. Nasi putih Jepang.

BACA JUGA:Hancur Karena Bencana, Ini Fakta Menarik Air Terjun Lembah Anai di Sumatra Barat

BACA JUGA:Hari Ini DPR Kembali Gelar Rapat Paripurna Masa Sidang V

Mesin nasi itu sebesar kulkas satu pintu. Setelah saya letakkan piring di bagian bawah mesin itu layarnya menyala. 

Ada tiga pilihan di layar: 85 gram, 150 gram atau 250 gram. 

Saya tekan yang pertama: plok. Seonggok nasi putih jatuh ke piring. 

Nasi itu saya makan dengan kare ayam Jepang. Kenyang. Naik pesawat bisa langsung tidur. 

BACA JUGA:Ini Dia Harta Kekayaan Rahmady Effendi, Kepala Bea Cukai Purwakarta yang Dibebastugaskan

Tag
Share