Sumsel dan Jambi Jadi Tempat Transit Penyelundupan Benih Lobster
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Palembang Kolonel Laut (P) Sandy Kurniawan (kiri) dan lainnya, berbincang-bincang saat menunjukkan benih lobster yang diselamatkan dari aksi penyelundupan dalam sesi jumpa pers di Markas Komando Lantamal III-ANTARA-Jambi Independent
JAKARTA - Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Palembang mengungkap Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi kerap dijadikan pusat transit (hub) untuk benih bening lobster (BBL) sebelum biota laut itu diselundupkan ke Singapura untuk kemudian diekspor ke Vietnam.
Dalam dua pekan terakhir, tim gabungan fleet one quick response (F1QR) Lanal Palembang berhasil menggagalkan dua aksi penyelundupan benih bening lobster di perairan Lambur Luar, Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi pada 10 Mei 2024, dan di pesisir Sungai, Desa Sumber Teluk Betung, Banyuasin, Sumatera Selatan pada 2 Mei 2024.
Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Palembang Kolonel Laut (P) Sandy Kurniawan saat jumpa pers terkait kasus penyelundupan itu di Markas Komando Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III, Jakarta, Kamis, menjelaskan Jambi dan Sumatera Selatan diyakini menjadi pusat transit yang ideal, karena benih lobster yang diselundupkan itu dapat dengan cepat diangkut ke Singapura menggunakan kapal cepat (speed boat).
“Hanya dalam waktu 2 jam sudah bisa lewat Singapura sehingga memang ideal sekali untuk digunakan mereka sebagai hub terakhir sebelum dibawa ke luar negeri,” kata Danlanal Palembang.
BACA JUGA:Al Haris Serahkan Sertifikat Indikasi Geografis Untuk Komoditas Nanas Tangkit Baru
BACA JUGA: Cobain! Sego Godog, Hidangan Klangenan Khas Magelang
Dalam dua praktik penyelundupan yang digagalkan tim gabungan F1QR Lanal Palembang, para penyelundup menggunakan rute yang tak jauh berbeda saat berupaya mengirimkan benih lobster dari Indonesia itu ke luar negeri.
“Rutenya mirip, tujuannya memang Singapura, karena lokasinya berdekatan antara Banyuasin dan Tanjung Jabung. Dari peta memang dekat, tetapi itu jaraknya sekitar 100 kilometer juga, tetapi itu rute terpendek dan tercepat untuk dibawa ke luar negeri,” kata Sandy.
Dalam dua aksi penyelundupan yang digagalkan tim gabungan F1QR Lanal Palembang yang jarak antarkasusnya hanya 8 hari itu, Sandy meyakini para penyelundup hanya akan beraksi sesuai musim, yaitu saat benih lobster itu dipanen di tempat mereka dibudidaya.
“Kami yakin ini ada musimnya, misalnya di daerah penangkapannya ini sudah ditangkap untuk diselundupkan, mereka akan segera melaksanakan pengiriman. Artinya, waktunya, durasinya pendek. Itu yang coba kami kembangkan di lapangan. Apabila masih ada gelagat untuk penyelundupan melalui wilayah Sumatera Selatan dan Jambi, tentu kami akan berupaya untuk menggagalkannya,” kata Danlanal Palembang, yang membawahi wilayah Sumatera Selatan dan Jambi.
BACA JUGA:Prabowo Terbang Ke Sumbar Untuk Cek Korban Banjir dan Beri Bantuan
BACA JUGA:Anggota DPR Fraksi PDIP Usul Politik Uang Dilegalkan, Begini Respon KPK
Oleh karena itu, Sandy menegaskan jajarannya di Lanal Palembang juga tetap terus berpatroli dan mengawasi perairan-perairan rawan yang kerap menjadi rute penyelundupan benih bening lobster.
Benih bening lobster merupakan salah satu kekayaan bahari Indonesia yang saat ini nilainya cukup tinggi. Dalam dua kasus penyelundupan yang digagalkan tim F1QR Lanal Palembang pada 10 Mei 2024 dan 2 Mei 2024, benih bening lobster yang diselamatkan itu masing-masing nilainya Rp46,8 miliar dan Rp15 miliar. Dalam penangkapan pada 10 Mei, ada 277.800 ekor benih bening lobster yang diselamatkan, sementara pada 2 Mei ada 99.648 ekor.