Profil Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan Helikopter
Ebrahim Raisi, presiden Iran yang meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter--Reuters
Setelah kritik ini, Raisi mengganti gelarnya menjadi hojat-ol-eslam, pangkat ulama di bawah Ayatollah. Namun, sebelum pemilihan presiden 2021, dia kembali menggunakan gelar Ayatollah.
Keputusan Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei yang mengangkatnya sebagai Presiden, menyebutnya sebagai hojat-ol-eslam.
Raisi memulai kariernya sebagai jaksa di beberapa kota di Iran.
BACA JUGA:Pelaku Dugaan Pemerkosaan Anak di Tangsel Mundur dari Jabatan Staf Kelurahan Sejak 2021
BACA JUGA:Pria Asal Jawa Nekat Curi Kotak Amal Masjid di Lombok
Namun, puncak kariernya dimulai ketika dia mendapatkan perhatian khusus dari Ruhollah Khomeini, pemimpin Iran pada saat itu, yang menugaskannya untuk menangani masalah hukum penting di beberapa provinsi.
Ia juga pernah terlibat dalam keputusan eksekusi massal tahanan politik pada 1988, sebuah tindakan kontroversial yang membuatnya dikenal sebagai bagian dari "komite kematian".
Meskipun ada klaim dan bantahan terkait perannya dalam keputusan tersebut, hal ini tetap menjadi titik kontroversi dalam sejarahnya.
Setelah kematian Khomeini, Raisi terus naik pangkat dan menduduki posisi penting dalam sistem peradilan Iran. Termasuk jabatan sebagai jaksa, kepala kantor inspeksi, dan bahkan sebagai jaksa agung Iran.
Kemudian, Raisi terpilih sebagai Presiden Iran pada 2021, meskipun ada keraguan dan pertanyaan tentang keabsahan proses pemilihan tersebut.
Hal ini menunjukkan, meskipun kontroversi seputar latar belakangnya, Raisi berhasil memenangkan dukungan politik yang cukup untuk menduduki posisi tertinggi di Iran.
Sebagai presiden, Raisi mengambil sikap yang tegas terhadap Israel dan menawarkan dukungan kepada Taliban di Afghanistan.
Ia juga menjanjikan aliansi dengan Rusia selama invasi Rusia ke Ukraina, menunjukkan orientasi kebijakan luar negeri yang proaktif dan agresif.
Raisi pernah terlibat dalam upaya untuk mendekati hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi, serta memperkuat hubungan dengan Tiongkok.
Hal itu menunjukkan, meskipun retorikanya yang keras terhadap beberapa negara, dia juga mencoba untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan yang lain.