Penderita Migrain di Indonesia Meningkat 40%, Jangan Anggap Sepele
Ilustrasi sakit kepala-jambi independent -
Di mana, tingkat kejadian tertinggi diamati pada kelompok usia 30-39 tahun.
Dalam penjelasannya, migrain merupakan nyeri kepala yang dapat menyebabkan nyeri berdenyut parah pada satu sisi kepala.
"Serangan migrain bisa berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari dan terasa nyerinya bisa sangat parah," sebutnya.
BACA JUGA:Penyebab dan Cara Mengatasi Sakit Perut di Malam Hari
BACA JUGA:Sebanyak 79,05 Persen Rumah Sakit Diklaim Wamenkes Siap Terapkan KRIS
Hal ini lantas bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menurunkan kualitas hidup.
"Migrain yang tidak tertangani dengan baik dapat berkembang menyebabkan masalah kesehatan mental, dan penggunaan obat yang berlebih, yang membuatnya semakin sulit untuk ditangani,”tutupnya.
Beberapa faktor yang diduga dapat memicu timbulnya serangan migrain yaitu perubahan kadar hormon, makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak, minum beralkohol atau berkafein, paparan asap rokok, kondisi stres, serta faktor fisik seperti kelelahan dan kualitas tidur yang kurang baik.
Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor sulitnya penanganan migarin, salah satunya keadaan under diagnosis.
"Pasien yang datang dengan keluhan migrain tidak diagnosis dengan migrain pada kunjungan yg pertama," ucapnya.
BACA JUGA:Bayi Baru Lahir Tewas Akibat Kebakaran Rumah Sakit di India
BACA JUGA:Ini Dia 8 Bahan Herbal Alami Bantu Cegah Sakit Pinggang Saat Haid
Selanjutnya, under treatment di mana penatalaksanaan migrain masih belum optimal sehingga nyeri kepala pasien tidak teratasi dengan baik.
Di sisi lain, kepatuhan penderita dalam melakukan pengobatan masih rendah.
"70 persen penderita migrain kronik tidak patuh menjalani pengobatan serta adanya over treatment di mana penggunaan pengobatan berlebihan menyebabkan kondisi medication overuse headache," tuturnya(*)