Tanri Abeng
Dahlan iskan--
Pak Tanri, dengan demikian, adalah 'Bapak BUMN'. Jabatan menteri BUMN tetap di tangannya saat presiden berganti ke Prof BJ Habibie. Lalu pindah ke Laksamana Sukardi di zaman Gus Dur. Hanya sekedipan mata. Pak Laks diganti oleh orang NU --saya lupa namanya.
BACA JUGA:Serial Komedi 'Alpha Girls' Karya Asep Kusdinar Tayang di Viu Mulai 5 Juli
BACA JUGA:Pengalaman Baru Coki Anwar di Film Horor 'Pusaka', Tayang 18 Juli
Di zaman Bu Megawati jadi presiden, Pak Laks kembali diangkat menjadi menteri BUMN.
Setelah tidak jadi menteri Pak Tanri tetap laris: diminta jadi CEO Grup Bakrie. Lalu jadi Komut Pertamina. Jadi CEO di kelompok usaha OSO. Bahkan saat meninggal pun masih menjadi komisaris di salah satu BUMN.
'Dendam'-nya untuk terjun ke dunia pendidikan dituntaskan di tahun 2011. Saat usianya 70 tahun. Pak Tanri menjual sahamnya di hotel Aryaduta Makassar. Hasilnya: untuk membangun Tanri Abeng University di Jakarta. Ia yang jadi rektornya, sampai meninggal dunia.
Pak Tanri memang bertekad harus ia yang langsung memimpin universitas itu. Misinya: agar lulusannya bisa menjadi manajer yang hebat. Atau jadi pengusaha. Atau menjadi seorang pemimpin.
BACA JUGA:Tim Karate Indonesia Borong 6 Emas di ASEAN University Games 2024
BACA JUGA:Prestasi Gemilang! Pencak Silat Indonesia Amankan 4 Emas dan 1 Perak di AUG 2024
Di universitas itulah Pak Tanri kehilangan isterinya: Farida Nasution. Farida meninggal di tahun 2016 dengan dua anak: Emil Abeng dan Edwin Abeng. Dari mereka lahir 4 cucu.
Di universitas itu pula Pak Tanri menemukan pengganti Farida. Dia seorang dosen komunikasi: Kartika Harijono. Dipanggil Chika. Janda satu anak. Pak Tanri dan Chika menikah tanggal 4 bulan 5 tahun 2019.
Saya tidak bisa melayat kemarin. Saya minta tolong Mas Irwan Setiawan untuk mengucapkan duka. Mas Irwan adalah pimpinan Jawa Pos di Jakarta pada masanya. Kini ia menjadi dosen komunikasi di Tanri Abeng University.
Tentu pada dasarnya Pak Tanri tidak memerlukan gelar apa pun selain MBA. Tapi pada akhirnya beliau kuliah S-3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sampai bergelar doktor. Itu semata-mata karena peraturan: untuk bisa jadi rektor harus bergelar doktor.
BACA JUGA:Setelah Masa Pinjaman, David Raya Kini Jadi Pemain Tetap Arsenal
BACA JUGA:Manchester United Perpanjang Kontrak Erik ten Hag hingga 2026