Konsen pada SAD, Harus Memberikan Manfaat Bagi Orang Lain

--

M. Prayoga Aidil Fitri yang kerap di sapa Yoga adalah pemuda asal Kota Palembang. Dia lahir pada hari Jumat tanggal 22 Desember 2000, yang bertepatan dengan peringatan Hari Ibu. Walaupun lahir di kota lain, namun pada saat menginjak Sekolah Dasar, ia dan keluarga hijrah ke daerah tetangga yakni Provinsi Jambi, tepatnya di Bumi Sailun Salimbai, Kabupaten Muarojambi.

Sekarang ini Prayoga telah menyelesaikan perkuliahan Strata 1 di Universitas Jambi, Fakultas Hukum, Program Studi Ilmu Hukum. Dia saat ini tengah bekerja di salah satu lembaga ternama NGO Pundi Sumatera, sebagai Fasilitator Lapangan.

Pekerjaan tersebut mengutamakan visi untuk kesejahteraan sosial. Tentu tugas yang dirasakan langsung oleh yoga, mendalami dari pada aspek sosial kemasyarakatan sehingga ia akan melakukan pembedayaan langsung dengan masyarakat  Khususnya hasil uji lapangan dari lembaga konsentrasi dengan melakukan pendampingan langsung kepada Suku Anak Dalam (SAD), yang berada di area lintas sumatera dan menetap.

Walaupun menghadapi akses jalan yang cukup jauh untuk menuju ke lokasi pendampingan, bertemu dengan berbagai sifat dan karakter yang berbeda dari masyarakat SAD, Prayoga banyak belajar mengenai kebudayaan SAD.

Di sana ia dan para teman satu tim kerjanya dihadirkan agar dapat memberikan akses terhadap layanan dasar mereka, termasuk menjaga kebersihan di pemukiman dan stigma mereka perlu ditemukan jalan keluarnya.

"Karena jika diperhatikan mengenai pola kesehatan, masyarakat SAD tidak menganggap bahwa itu semua merupakan persoalan. Karena sisa makanan organik yang ditebar sembarang di sekitar pemukiman itu akan terurai menjadi pupuk untuk tanaman," katanya.

Padahal sudut pandang masyarakat di luar SAD, proses terurainya bahan makan itu bisa memicu bakteri dan virus, sehingga menimbulkan penyakit bagi mereka. Kemudian juga dengan pengaruh olahan makanan menggunakan kemasan plastik saat ini, sangat sulit untuk terura.

Akan tetapi, banyak hal menarik yang didapatkan Prayoga, ketika berjumpa dengan masyarakat SAD. Salah satunya adalah perilaku hidup yang khas masih kental dengan adanya Hukum Adat yang mengikat. Kemudian pengambilan keputusan yang masih dilakukan secara musyawarah mufakat, yang dipimpin langsung oleh Tumenggung bersama dengan kesepakatan masyarakat SAD itu sendiri, serta rasa kekeluargaan yang masih melekat hingga sekarang.

 Prayoga lebih banyak mengetahui dan memahami bahwa pola pikir secara pribadi kita yang berada di sekitaran kota, masih belum cukup. Karena kepribadian mereka secara adat di pedalaman sekitar hutan, amat dirasa baik untuk keberlangsungan generasi selanjutnya.

"Karena dari sisi norma yang dipegang, semata-mata untuk kepentingan masyarakat banyak, bukan untuk kepentingan golongan tertentu," katanya.

Selain itu, Yoga juga tergabung menjadi anggota aktif dalam kegiatan peduli lingkungan yaitu World Cleanup Day Provinsi Jambi, sebagai lembaga gerakan anak muda yang fokus menelisik isu persampahan. Dengan memberikan kesadaran masyarakat dan praktik baik tentang pentingnya mengelola sampah dengan baik dan benar, serta aksi yang Yoga lakukan bersama tim sebagai investasi baik terhadap lingkungan. Mereka melakukan Aksi Penanaman 2000 Bibit Pohon bersama dengan para relawan dan komunitas se Provinsi Jambi di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talang Gulo, Kota Jambi.

Dalam menggapai mimpinya, Yoga tidak mendapatkan sesuatu secara instan. Perjalanan yang dihadapinya amat berlika-liku karena keadaan finansial yang sedehana, dan keilmuan yang dinilai belum cukup matang untuk menyesuaikan dengan kemampuan rekan sejawatnya yang lain.

Justru, itu semua tak menghilangkan semangatnya untuk maju,  dengan niat yang ditanamkan olehnya dalam bentuk praktik baik, agar nantinya yang berlebih maupun yang berkurang itu dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain.
 
Semasa SMA Prayoga sudah aktif dalam berbagai kesempatan untuk meningkatkan valuenya. Setelah lulus SMA pun perjuangannya tidak berhenti, untuk meraih mimpi menjadi seorang pengusaha, ia berani mengambil langkah yang berbeda dari orang lain, yang mana pastinya seorang pengusaha akan bermuara untuk memilih  jurusan ekonomi, justru ia malah memilih jurusan hukum.

"Jurusan Ilmu Hukum adalah pilihan yang tepat dan sejalan dengan cita-cita saya. Kefokusan dalam mengambil konsentrasi hukum pada program kekhususan Hukum Perdata Bisnis, membuat saya paham bagaimana pondasi dalam membangun usaha berdasarkan hukum, lebih terukur, sistematis dan punya keberpihakan yang jelas dengan sumber-sumber hukum positif yang berlaku sekarang," katanya.

Di tengah kesibukannya kuliah, Yoga masih mengikuti sejumlah organisasi, diantaranya Forum Intelektual Muslim FH UNJA sebagai Ketua Umum, HIPMI PT UNJA, Unit Kegiatan Mahasiswa Rohis Ar-Rahman UNJA, Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya (KAMSRI).

Menyelesaikan perkuliahan dengan gelar S.H. merupakan sebuah kebanggaan bagi diri dan keluarga besarnya, bahkan banyak benefit yang ia rasakan setelah lulus.

"Saya merasakan di masa kuliah adanya peningkatkan kapasitas diri, kenal dengan teman yang punya ilmu dan akhlak yang baik, memberikan peluang yang luas dalam bekerja, serta di tuntun untuk mendalami adanya tata aturan yang baik." ujarnya.

Tak hanya sibuk berkecimpung terhadap kegiatan pengabdian masyarakat, Yoga juga disibukkan dengan kegiatan keagamaan, seperti diamanahkan menjadi Ketua Komisi A di bidang Syiar dan Keutamatan, Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus Provinsi Jambi serta juga Komunitas Majelis Hadroh Syubbanul Akhyar di Perumahan Aurduri Permai, Desa Mendalo Darat yang berawal dari Remaja Masjid Al-Ikhlas dekat tempat tinggalnya. (*/enn)

BIODATA

Nama: M. Prayoga Aidil Fitri
Tempat Lahir : Kota Palembang
Tanggal Lahir: 22 Desember 2000.
Pendidikan : Fakultas Hukum, Universitas Jambi

Tag
Share