Kenaikan Harga TBS Tak Berdampak ke Masyarakat
TAK BERPENGARUH : Kebun sawit. Saat ini kenaikan harga TBS sawit tak terlalu berpengaruh terhadap masyarakat.--
MUARASABAK - Sejak beberapa hari belakangan ini, harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Kabupaten Tanjab Timur mengalami kenaikan.
Sebelumnya, harga satu kilogram TBS sawit dibandrol Rp 2.075, kali ini naik menjadi Rp 2.125 perkilogramnya. Tidak seperti seperti kenaikan harga jual hasil perkebunan pada umumnya. Masyarakat malah tidak begitu menyambut baik kenaikan harga TBS sawit ini.
Itu dikarenakan, kenaikan harga jual TBS sawit ini terjadi ditengah kondisi buah yang berkurang, atau biasanya dikenal dengan istilah Ngetrek.
Dani, salah seorang pemilik kebun sawit di Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjab Timur ini mengatakan, meski ada kenaikan harga. Tapi jumlah buah yang dipanen dari kebun tidak sebanyak biasanya.
BACA JUGA:Pejabat di RSUD KH Daud Mengundurkan Diri
Dari dua hektar kebun sawit yang biasanya mengahasilkan buah sebanyak 5 ton, kini hanya sampai 2 ton saja per satu kali panen.
"Sekarang ini dalam satu janjang dibatang sawit itu cuman ada satu buah saja, biasanya bisa sampai tiga buah," ucapnya.
Selain itu, buah yang dihasilkan dalam satu batang ukuranya juga menyusut, tidak besar seperti biasanya. ”Kalau sudah masuk musim Ngetrek seperti sekarang, ukuran buah juga mengecil. Padahal cara mupuk dan perawatan kebunnya sama saja seperti sebelumnya," ujar pria berlogat Jawa ini.
Para petani atau pemilik kebun merasa, kenaikan harga ini sudah diatur oleh para penampug besar TBS sawit ini. Sebab, berkaca dari kejadian sebelumnya, kenaikan harga TBS sawit ini mulai terjadi ditengah kondisi buah yang menurun.
BACA JUGA:Menanam Harapan, Menanggulangi Banjir untuk Masa Depan yang Lebih Hijau
"Kami minta, tolong jangan pas buah Ngetrek harga jual TBS sawit ini baru naik. Tapi pas buah lagi banyak-banyaknya juga. Jadi kami bisa merasakan betul dampak baik dari kenaika harga TBS sawit itu," pungkasnya. (pan/viz)