Risiko Tinggi Diabetes pada Orang Asia Tanpa Obesitas: Apa Pemicunya?
Ilustrasi alat pengecek diabetes --pixabay
Banyak ahli medis kini mulai mengurangi ketergantungan pada IMT sebagai satu-satunya ukuran risiko kesehatan.
Untuk pemahaman yang lebih komprehensif, diperlukan pendekatan yang lebih holistik, dengan mempertimbangkan pengukuran lain seperti lingkar pinggang, kadar lemak tubuh, dan persentase lemak visceral.
BACA JUGA:Daftar Minuman yang Harus Dihindari Penderita Pradiabetes
BACA JUGA:Minuman Terbaik untuk Penderita Diabetes
Kebiasaan Hidup dan Budaya yang Berkontribusi
Gaya hidup dan kebiasaan budaya berperan penting dalam risiko diabetes ini. Di Singapura, hanya sekitar 71,1 persen orang dewasa yang memenuhi panduan aktivitas fisik pada tahun 2021.
Aktivitas fisik sangat penting untuk menjaga kesehatan otot dan mengontrol kadar gula darah.
Kebiasaan seperti fokus pada prestasi akademis dapat mengorbankan kebutuhan aktivitas fisik anak-anak, yang pada akhirnya meningkatkan risiko diabetes di usia dewasa.
BACA JUGA:Simak! 7 Makanan yang Baik Bagi Penderita Prediabetes
BACA JUGA:Penderita Pradiabetes, Jangan Lewatkan Waktu Makan
Selain itu, pola makan orang Asia yang kaya akan nasi dan karbohidrat olahan, seperti roti dan makanan manis, juga mempengaruhi peningkatan risiko diabetes.
Di masa lalu, asupan ini seimbang dengan aktivitas fisik yang tinggi.
Namun, di era modern dengan gaya hidup yang lebih banyak diam, konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi menjadi faktor risiko tambahan karena dapat memicu kenaikan gula darah yang cepat.
Ketika ditambah dengan faktor genetik yang rentan terhadap resistensi insulin, kemampuan tubuh untuk mengatur insulin bisa terganggu.
BACA JUGA:Begini Penjelasan Profesor UI Terkait Daging Kucing yang Dikonsumsi untuk Pengobatan Diabetes
BACA JUGA:Tekankan Sosialisasi Pangan Lokal, Turunkan Kasus Diabetes Anak