Edukasi Dampak Pemanasan Global sebagai Upaya Menjaga Lingkungan
EDUKASI: Mustakim, seorang guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMPN 43, aktif memberikan edukasi kepada siswa mengenai dampak pemanasan global.-ELVINA/JAMBI INDEPENDENT-
MUARATEBO – Pemanasan global adalah fenomena yang semakin memengaruhi lingkungan dan kehidupan manusia. Dampaknya dapat dirasakan dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah perubahan iklim ekstrem.
Pemanasan global tidak hanya meningkatkan suhu rata-rata bumi, tetapi juga menyebabkan cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens, seperti gelombang panas yang lebih panjang dan hujan yang lebih deras. Fenomena ini berpotensi merusak ekosistem dan mempengaruhi kesehatan manusia.
Edukasi tentang pemanasan global sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyebab, dampak, serta langkah-langkah yang bisa diambil untuk menguranginya. Pemanasan global merupakan masalah yang bersifat global, yang membutuhkan solusi bersama.
Oleh karena itu, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini sangat penting agar masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga kelestarian bumi untuk generasi mendatang.
Di Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Mustakim, seorang guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMPN 43, aktif memberikan edukasi kepada siswa mengenai dampak pemanasan global.
BACA JUGA:Ratusan Ton Gabah Bungo Diborong Pedagang Sumbar Petani Berharap Dukungan Pemerintah
BACA JUGA:Lembaga RT-RW Harus Diperkuat Jangcik Mohza: Biasakan yang Benar, Jangan Benarkan yang Biasa
Menurut Mustakim, pemahaman mengenai pemanasan global merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di sekolah, sesuai dengan silabus PLH yang diterapkan di Kabupaten Tebo. Materi ini tidak hanya disampaikan secara teori, tetapi juga melalui kegiatan praktis yang membantu siswa memahami dampak pemanasan global secara langsung.
Mustakim menjelaskan bahwa pemahaman mengenai pemanasan global sudah menjadi bagian dari silabus PLH yang telah disusun oleh tim di Kabupaten Tebo, yang mencakup berbagai topik terkait pelestarian lingkungan.
"Pemahaman tentang pemanasan global sudah dimasukkan dalam silabus PLH yang ada di Tebo. Kami mengajarkan siswa bukan hanya tentang dampaknya, tetapi juga langkah-langkah yang bisa mereka ambil untuk mengurangi dampaknya," ungkap Mustakim.
Untuk membantu siswa memahami fenomena ini dengan lebih jelas, Mustakim menggunakan berbagai media pembelajaran, salah satunya adalah alat peraga berupa lampu, karton, dan termometer yang diletakkan di dalam kotak kaca. Kotak kaca ini berfungsi sebagai miniatur bumi yang memungkinkan siswa untuk mengamati perubahan suhu yang terjadi ketika kotak tersebut ditutup.
"Siswa kemudian mengamati perubahan suhu yang terjadi, sebelum dan setelah kotak kaca ditutup. Hal ini menggambarkan keadaan bumi saat ini, di mana aktivitas manusia menyebabkan penumpukan gas-gas rumah kaca di atmosfer. Gas-gas ini menahan panas matahari, yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa, sehingga terjadi peningkatan suhu bumi yang dikenal sebagai pemanasan global," jelas Mustakim.
Dengan menggunakan media ini, Mustakim berharap siswa dapat lebih mudah memahami mekanisme pemanasan global dan dampaknya terhadap perubahan iklim.
“Kalau dulu, waktu saya masih SD atau SMP, saya tidur tidak pernah pakai kipas angin. Sekarang, saya harus pakai kipas, dan itu adalah pengaruh dari lingkungan yang semakin panas. Dari situ saya ingin mendalami pendidikan lingkungan hidup ini, dan mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan,” kata Mustakim, mengenang perubahan yang ia rasakan sendiri akibat pemanasan global.
Selain mengajarkan teori tentang dampak pemanasan global, Mustakim juga melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan praktis yang terkait dengan pelestarian lingkungan. Salah satunya adalah pengelolaan sampah. Dalam kegiatan ini, siswa diberi pemahaman tentang cara-cara mengelola sampah dengan benar, baik itu melalui daur ulang maupun pengurangan sampah plastik yang berdampak buruk bagi lingkungan.
“Selain materi tentang pemanasan global, kami juga mempraktikkan pengelolaan sampah. Siswa diajarkan bagaimana cara memilah sampah yang bisa didaur ulang dan sampah organik yang bisa dijadikan kompos. Ini adalah langkah kecil yang dapat mereka lakukan untuk membantu mengurangi sampah di lingkungan sekitar,” tambah Mustakim.
Penghijauan atau reboisasi juga menjadi bagian penting dari pembelajaran PLH di SMPN 43 Tebo. Mustakim bersama siswa melakukan penanaman pohon di sekitar sekolah sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami mengajak siswa untuk menanam pohon-pohon yang tidak hanya berfungsi untuk penghijauan, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak pemanasan global,” jelasnya.
Melalui program penghijauan ini, siswa tidak hanya diajarkan teori tentang pentingnya pohon bagi lingkungan, tetapi juga dilibatkan langsung dalam kegiatan menanam pohon. Harapannya, siswa dapat lebih menyadari pentingnya menjaga alam, serta memahami bahwa mereka bisa berperan aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Mustakim berharap bahwa melalui pembelajaran tentang pemanasan global dan pelestarian lingkungan ini, siswa-siswa di SMPN 43 Tebo akan menjadi lebih peduli terhadap lingkungan, dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara-cara untuk mengurangi dampak negatif pemanasan global.
“Saya berharap generasi sekarang lebih peduli dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga lingkungan. Melalui pembelajaran ini, saya ingin siswa mengerti dampak pemanasan global dan cara-cara yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi dampaknya. Ini adalah investasi bagi masa depan mereka dan untuk bumi yang lebih sehat,” kata Mustakim.
Mustakim yakin bahwa meskipun perubahan besar tidak bisa dicapai dalam waktu singkat, langkah-langkah kecil yang dilakukan oleh individu, jika dilakukan bersama-sama, akan membawa dampak besar bagi masa depan.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang pemanasan global dan pelestarian lingkungan, Mustakim berharap para siswa di SMPN 43 Tebo dapat menjadi agen perubahan di masa depan. Mereka diharapkan tidak hanya peduli terhadap lingkungan mereka, tetapi juga bisa mengedukasi orang lain tentang pentingnya menjaga bumi agar tetap layak huni bagi generasi mendatang. (eri/ira)