Variasi Unggulan

Disway--

"Sekarang sudah lebih 1000 sekolah alam di Indonesia," ujar Sulthon Amien, pemilik Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya. Siswanya pun sudah 1.200 orang. Lahan kian luas: hampir dua hektare.

 

Di dunia yang lain lagi berkembang sekolah unggulan swasta murni. Sekolah yang berorientasi bisnis: kian mahal kian dikejar. Prinsip perusahaan berlaku di sini: ada harga ada rupa. Mahal tapi mutunya memang andal. Seperti Sekolah Ciputra dan sebangsanya.

 

Di kalangan sekolah negeri Anda juga sudah tahu: ada yang disebut SMA favorit. Jadi rebutan.

 

Kristen dan Katolik sudah lama punya sekolah dengan mutu istimewa. Di semua kota di Indonesia. Saking istimewanya sampai sekolah Islam sering jadi bahan olok-olok.

 

Itu dulu. Belakangan ini banyak sekali sekolah Islam yang menjelma jadi sekolah unggulan. Mereka kini boleh dibilang sudah menyamai kehebatan mutu sekolah Kristen dan Katolik.

 

Sebagai contoh saya pernah menyebutkannya: Al-Izzah; Thursina; Al-Hikmah (semua di Jatim); Al Islam, Solo; Bina Insan Mulia di Cirebon; dan banyak lagi. Tentu masih lebih banyak sekolah Islam yang belum berubah: masih biasa-biasa saja.

 

Ada juga sekolah unggulan yang dipelopori tokoh nasional yang ingin berbakti ke daerah asal. Misalnya: Soposurung di Balige dan Del di utara Balige. Yang satu oleh Jenderal T.B. Silalahi dan satunya oleh Jenderal Luhut Binsar Pandjaitan.

 

Begitu banyak pihak yang prihatin dengan mutu pendidikan. Sebagian tidak sebatas prihatin tapi berbuat nyata. Rasanya sekolah unggulan akan terus lahir –karena yang tidak unggul tidak dapat pasar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan