Kisah Tragis di Balik Sejarah Hari Valentine

--
200 tahun setelah kematian Valentinus, Paus Gelasius I yang merupakan seorang paus di Roma menetapkan tanggal 14 Februari sebagai simbol perjuangan cinta dan kasih sayang serta peringatan untuk Santo Valentine karna keberaniannya dalam membela cinta abadi.
Sementara itu keterkaitan antara kematian Santo Valentine dengan cinta romantis pertama kali dicetuskan oleh penyair bernama Geoffrey Chaucer yang sekaligus menjadi penulis The Canterbury Tales.
Chaucer inilah yang akhirnya menciptakan tradisi mengungkapkan rasa cinta di tanggal 14 Februari. Kebiasaan ini akhirnya menyebar ke seluruh Eropa dan kemudian berkembang hingga abad ke 19. Banyak orang orang yang saling bertukar kartu ucapan untuk mengungkapkan rasa cinta pada pasangannya bahkan sampai saat ini.
Meskipun identik dengan perayaan kasih sayang, Hari Valentine juga menuai kontroversi. Beberapa orang menganggap perayaan ini terlalu berlebihan dan komersial. Ada juga yang mengkritik Hari Valentine karena dianggap tidak sesuai dengan budaya di Indonesia.
Beberapa kelompok masyarakat bahkan secara terang-terangan menolak perayaan Hari Valentine karena dianggap dapat merusak moral dan nilai-nilai luhur bangsa bahkan agama.
Terlepas dari kontroversi yang ada, Hari Valentine tetap menjadi momen spesial bagi banyak orang untuk merayakan kasih sayang dan cinta kepada orang tersayang. Kisah tragis Santo Valentine menjadi pengingat bahwa cinta dan kasih sayang adalah nilai-nilai yang patut untuk diperjuangkan dan dijunjung tinggi. (*)