Jaipong Gembyung

Disway--

Belakangan saya dengar bukan itu. Ia terlalu apa adanya dalam bersikap dan berbicara --belum tentu atasan suka.

 

Dengan turun tangannya kapten Farid, perayaan Cap Go Meh berlangsung. Tahun berikutnya saya hadir di perayaan yang sama. Ikut pawai. Ikut karnaval dewa-dewa dari seantero Indonesia. Hujan. Basah kuyub. Sampai tengah malam. Aman. Tidak ada lagi protes. Acara itu sudah dianggap perayaan, festival budaya dan hiburan.

 

Sejak itu tiap tahun Cap Go Meh di Bogor berlangsung meriah. Ketua panitianya tetap Arifin Himawan. Aktivis Tionghoa di Bogor. Pengurus pusat barongsai --sejak saya masih jadi ketua umumnya. Ia punya bisnis kuliner: Pempek Surken di Jalan Surken --Surya Kencana.

 

Tahun ini Cap Go Meh di Bogor boleh dibilang "meledak". Puluhan ribu manusia memadati pusat kota.

 

Mantan First Lady, Bu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid hadir. Saya cium tangannyi.

 

Pejabat Gubernur Jabar, Bey Triadi Machmudin hadir. Ia sangat bijaksana: pidatonya hanya satu menit. Ia tahu: suasana yang ingar-bingar tidak cocok untuk pidato yang panjang.

 

Ups... Saya lihat ada Farid Ma'ruf. Pakai seragam militer. Ada dua bintang di pundaknya: mayor jendral.

 

Panitia mendudukannya di depan. Deretan tengah. Pasti bukan hanya karena dua bintang. Juga karena jasa besarnya 20 tahun sebelumnya.

Tag
Share